Gagal Lintasi Antarktika, Kisah Penyelamatan Shackleton Terus Diingat

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 12 Maret 2022 | 08:00 WIB
Kisah Endurance menjadi begitu terkenal. Ini membuat penderitaan dari Ross Sea Party dan fakta bahwa Shackleton tidak mencapai tujuan sebenarnya hampir dilupakan. (Ernest Henry Shackleton)

 Baca Juga: Nasib Kapal-Kapal Kuno yang Tenggelam di Jalur Rempah Nusantara

Misi penyelamatan Shackleton

Pada 9 April 1916, kru Ekspedisi Endurance meninggalkan gumpalan es yang terapung di sekoci. Mereka mencapai Pulau Gajah yang tidak berpenghuni dan terpencil pada 14 April.

Sepuluh hari kemudian, Shackleton dan lima awaknya berangkat mencari bantuan menggunakan sekoci sepanjang 6,9 meter.

Sisa awak yang masih berada di Pulau Gajah menggunakan sekoci yang ditelungkupkan untuk melindungi diri dari cuaca ekstrem.

Shackleton dan kru kecilnya berlayar lebih dari 1.300 km melintasi Samudra Selatan ke sekelompok pemburu paus di Georgia Selatan. Misi penyelamatan yang berani kemudian dikenal sebagai pelayaran Caird.

"Itu adalah penderitaan yang paling menakjubkan dalam waktu yang lama. Ada penolakan terus-menerus. Selalu basah dan dingin benar-benar melemahkan kru," kata Fiennes. Ketahanan mental mereka patut diacungi jempol.

Shackleton dan anak buahnya harus menghadapi lautan yang ganas, angin dan penumpukan es di lambung berpotensi membalikkan kapal mereka. Ia kemudian menceritakan bahwa gelombang mencapai ketinggian lebih dari 30 meter dan bergerak dengan kecepatan 80kmpj.

Pada tanggal 5 Mei 1916, kapal itu bahkan dihantam gelombang pasang yang awalnya dikira Shackleton sebagai langit. Dia kemudian menulis: "Saya belum pernah melihat ombak yang begitu besar."

Setelah 17 hari di laut, Shackleton mendarat di pantai selatan Georgia Selatan—seberang pulau dari tujuan mereka. Setelah pulih dari perjalanan, Ia dan dua awaknya berjalan kaki selama 36 jam melintasi pulau. Mereka mencapai stasiun Stromness pada 20 Mei. Shackleton selanjutnya mengatur kapal penyelamat untuk mengumpulkan 22 awak yang tersisa di Pulau Gajah.

Setelah beberapa upaya penyelamatan yang gagal, Shackleton dipinjamkan kapal tunda bernama Yelcho oleh pemerintah Cili. Ia akhirnya mencapai Pulau Gajah pada 30 Agustus 1916. Sinyal asap dikirim dari pantai ketika Shackleton mendekati pantai dengan perahu kecil.

Sosok-sosok muncul dari sekoci yang terbalik dan ketika dia berada dalam jarak pendengaran, Shackleton berseru: "Apakah kalian baik-baik saja?"

"Semua baik!" balas mereka. Semua pria di pulau itu selamat. "Ini adalah kisah bertahan hidup yang benar-benar luar biasa," kata Fiennes.

Nasib kru kedua

Kisah kru Endurance adalah contoh terbaik untuk bertahan hidup melawan rintangan. Namun, Ross Sea Party yang terabaikan menjadi terdampar di Antarktika hingga Januari 1917.

"Shackleton secara kriminal lalai dalam perencanaannya untuk pihak lain," kata Fiennes. Tiga orang di kelompok itu tewas dan tentu saja tidak mengetahui bahwa Endurance tenggelam. Ketiga orang itu mati dengan mengenaskan tanpa hasil.

Kisah Endurance menjadi begitu terkenal. Ini membuat penderitaan dari Ross Sea Party dan fakta bahwa Shackleton tidak mencapai tujuan sebenarnya hampir dilupakan.