Nationalgeographic.co.id—Di sebelah timur Yogyakarta, terdapat daerah yang memiliki kesenian unik. Dusun Bulu, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, merupakan tempat lestarinya kesenian srandul. Bagi masyarakat sekitar, kesenian ini tidak hanya sebagai hiburan semata, namun memiliki fungsi tertentu.
Kesenian srandul di Dusun Bulu, berbentuk drama tradisional atau teater tradisional. Pertunjukan disajikan dengan dialog, tarian, dan nyanyian yang diiringi dengan tabuhan musik tradisional. Di sela-sela waktu, biasanya para pemain membuat lelucon untuk menghibur masyarakat yang menonton.
Jurnal ilmiah bertajuk Kesenian Srandul Dalam Upacara Bersih Desa Bulu Kelurahan Karangmojo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta, yang ditulis oleh Supriyanto dalam jurnal Sitakara pada tahun 2020, mengungkap kesenian srandul di Desa Karangmojo, Gunungkidul Yogyakarta.
Selama berpuluh-puluh tahun, kesenian srandul difungsikan oleh masyarakat sebagai pelengkap upacara bersih desa. Masyarakat setempat mempercayai apabila di bulan safar tidak diadakan upacara bersih desa dan kesenian srandul, maka bencana dan malapetaka akan menimpa masyarakat Dusun bulu.
“Bentuk pertunjukan kesenian srandul pada Upacara Bersih Desa bersifat sakral. Hal ini terbukti dengan adanya sesaji yang dapat mengundang roh-roh leluhur yang menjaga dusun Bulu, selain itu juga terdapat magi,” ujar Supriyanto, ia menambahkan, bahwa magi adalah suatu cara tertentu yang diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib serta dapat menguasai alam pikiran dan tingkah laku manusia.
Upacara ini memiliki fungsi sosial yang sangat kental. Kebersamaan antar individu di dalam masyarakat terjalin erat melalui gotong royong yang dilakukan dalam bersih desa.
Upacara Bersih Desa diadakan di Sendang Mojo. Lokasi tersebut hingga saat ini menjadi sumber air bersih bagi masyarakat sekitar. Menurut Supriyanto, keberlangsungan Upacara Bersih Desa beserta kesenian srandul, merupakan bagian penting dalam kaitannya menjaga keseimbangan alam dan masyarakat Dusun Bulu, “Diadakan Upacara Bersih Desa dan pertunjukan srandul agar air sendang Mojo tidak mengalami kekeringan.”
Kesenian srandul telah tumbuh secara turun-temurun dari peninggalan nenek moyang. Melalui sebuah tarian dan dialog tembang, kesenian ini menceritakan kisah hidup sebuah keluarga dengan segala konfliknya. Bagi banyak orang, kesenian ini juga disebut sebagai teater daerah.
Baca Juga: Kesenian Ketoprak: Dari Surakarta ke Yogyakarta untuk Semua Warga
Baca Juga: Riwayat Wayang Orang yang Melampaui Zaman: Tragedi atau Prestasi?
Baca Juga: Cerita Panji di Wayang Krucil dan Falsafah Jawa yang Lestari
Biasanya kesenian ini dipentaskan di panggung yang berdiri pada halaman rumah atau tanah lapang. Satu putri dan sembilan laki-laki, menari sembari berdialog menggunakan tembang dan pantun yang syarat akan nasehat-nasehat kehidupan. “Gerak pada kesenian srandul masih sangat sederhana dan banyak menggunakan gerak-gerak spontan,” ungkap Supriyanto.
Pada musik pengiring, terdapat dua alat instrumen yang sangat penting yaitu kendang dan jedor. Bagi masyarakat sekitar, kedua alat musik ini dianggap sebagai benda keramat. Setiap malam Jumat kliwon, alat musik tersebut diberi sesaji berupa bunga kenanga, mawar kantil, serata menyan.
Musik pengiring berupa gending mengacu pada lagu dolanan, “hal ini karena alat musik yang digunakan alat musik ritmik,” ujar Supriyanto. Lagu-lagu yang berkumandang untuk mengiringi srandul seperti, Cublak-cublak Suweng, Gundul-gundul Pacul, Lir-ilir, dan sebagainya.
Dalam pentasnya, kesenian srandul selalu mengembangkan cerita sesuai dengan kearifan lokalnya, alhasil pertunjukan ini terus mengalami perkembangan. Pada prinsipnya, makna cerita dari kesenian Srandul merupakan petuah-petuah hidup. Supriyanto mengatakan, hal yang ingin disampaikan dalam pertunjukan Srandul adalah pergaulan sosial yang dapat menciptakan suasana tentram, damai dalam kehidupan.
Kesenian srandul masih eksis hingga saat ini, bahkan keberadaanya tidak hanya di Gunungkidul saja. Pada beberapa lokasi juga memiliki kesenian serupa dengan ciri khas tersendiri sesuai dengan daerahnya.