Nestapa Nasib Para Ilmuwan Rusia karena Serangan Negaranya ke Ukraina

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 26 Maret 2022 | 07:02 WIB
Serangan Rusia terhadap Ukraina membuat nestapa ilmuwan Rusia agar dirinya dan makalah ilmiahnya diterima dunia Barat. (Alexander Avilov /Moskva News Agency)

Nationalgeographic.co.id - European Organization for Nuclear Research (CERN) berdiri sejak Perang Dunia II untuk mempersatukan ilmuwan dan akademisi dunia. Ketika invasi Rusia terhadap Ukraina, dalam rilisnya hari Selasa (08/03/2022), mereka mengecam serangan itu.

Organisasi sains tingkat internasional ini memang mengedepankan inklusivitas, di mana ilmuwan Israel dan Iran, latar belakang ras dan agama berbeda bisa bekerja sama. Mereka mengecam akan sikap Rusia yang juga menutup dirinya dalam isolasi internasional, sehingga membuat akses ilmuwan Rusia juga terluntang-lantung.

Para ilmuwan dan jurnalis sains Rusia kemudian mempublikasikan surat terbuka di Troitskiy Variant, publikasi sains independen Rusia pada 24 Februari. Mengutip New York Times, mereka memprotes bahwa tindakan pemerintahnya tidak adil dan tidak masuk akal.

"Artinya kita, para ilmuwan, tidak akan bisa lagi melakukan pekerjaan kita secara normal: Lagi pula, melakukan penelitian ilmiah tidak terpikirkan tanpa kerja sama penuh dengan rekan-rekan dari negara lain," tulis mereka.

Diketahui, ada 7.750 orang Rusia menandatangani surat itu, menurut Andrei Linde, kosmolog Stanford Unversity berkebangsaan Rusia yang juga menandatanganinya. Dia juga pernah ditindak pidana 15 tahun penjara karena menyebut invasi Ukraina sebagai 'operasi militer khusus'. Tetapi, surat itu menghilang dari laman publikasi itu walau masih bisa ditemukan lewat laman arsip Wayback Machine.

Para siswa beristirahat di madrasah Muhammadiyah di Kazan, kota di tepi Sungai Volga. Sekitar setengahnya berasal dari etnik Rusia dan setengahnya lagi etnik Tatar. Kebanyakan orang Tatar adalah Muslim; Islam, agama terbesar kedua di Rusia, dianut oleh sekitar tujuh persen populasi. (Gerd Ludwig/National Geographic)

Mengutip Washington Post, ahli iklim Oleg Anisimov dari State Hydrological Institute in Saint Petersburg yang merupakan delegasi Rusia untuk Panel Antarpemerintah tentang Perubahan PBB pada 27 Februari juga beraksi. Dalam pertemuan itu ia menyela pembicaraan di depan 195 perwakilan negara dan meminta maaf untuk warga Ukraina atas serangan yang dilakukan negaranya.

"Izinkan saya meyampaikan permintaan maaf atas nama semua orang Rusia yang tidak dapat mencegah konflik ini," kata Anisimov. "Mereka yang tahu apa yang terjadi gagal menemukan kebenaran untuk serangan itu."

Jangan boikot makalah ilmiah dan ilmuwan Rusia

Ilmu pengetahuan masa kini tidak terlepas dari hubungan ilmuwan dan akademisi internasional. Beberapa makalah dan studi, baik ilmu mikrobiologis, sosial, hingga antariksa, bahkan dilakukan berkat hubungan lintas negara itu. 

Melansir Science, invasi Rusia ke Ukraina mebuat para ilmuwan Ukraina berulang kali melakukan permintaan kepada editor jurnal internasional untuk menolak menerbitkan makalah dari ilmuwan Rusia. Akan tetapi, mayoritas jurnal dan penerbit menolak permintaan itu, termasuk Science sendiri.

Baca Juga: Perubahan Iklim, Rusia Bagian Asia Bisa Layak Huni pada Akhir Abad 21

Baca Juga: Apa Itu Bom Vakum? Ukraina Mengklaim Rusia telah Menggunakannya