Nestapa Nasib Para Ilmuwan Rusia karena Serangan Negaranya ke Ukraina

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 26 Maret 2022 | 07:02 WIB
Serangan Rusia terhadap Ukraina membuat nestapa ilmuwan Rusia agar dirinya dan makalah ilmiahnya diterima dunia Barat. (Alexander Avilov /Moskva News Agency)

Baca Juga: Masih Mengandung Limbah Nuklir, Apa yang Terjadi Jika Chernobyl Dibom?

Alasannya, jurnal memegang prinsip penerbitan ilmiah yang telah berlaku sejak lama di International Science Council. Isinya adalah untuk tidak mendiskriminasi penulis berdasarkan kebangsaan atau pandangan politik mereka, karena pernyataan ini adalah mewujudkan cita-cita yang berlangsung sejak Perang Dingin, ketika editor jurnal dunia menyambut makalah dari penulis di Uni Soviet.

"Jika sekarang kita berperang dengan ekonomi dan kekuatan lunak, bukankah itu berarti bahwa lembaga sains, termasuk jurnal harus memutuskan hubungan dengan lembaga Rusia dan bahkan mungkin ilmuwan Rusia juga?" Richard Smith mempertanyakan kondisi saat ini di kanal opini British Medical Journal (BMJ). Dia sendiri adalah mantan editor BMJ. "Saya senang bahwa saya bukan lagi editor dan tidak harus memutuskan."

Sebenarnya, larangan penerbitan makalah ilmiah sempat terjadi juga pada Perang Dunia Pertama yang berlangsung hingga 1931.Pada saat itu penerbitan makalah ilmiah memboikot hasil temuan para ilmuwan Jerman dan Austria.

Para ilmuwan Rusia sedang mengambil sampel dari kuda berusia 4.500 tahun di Verkhoyansk untuk menelisik virus prasejarah. (Nina Sleptsova / NEFU Press Service)

Namun, sejarawan Princeton University di bidang kajian Rusia Michael Gordin berpendapat hal itu terbukti tidak efektif dan tidak berkelanjutan. Boikot itu tidak cukup kuat untuk menghentikan perang yang digelorakan Jerman.

"Itu tidak menghentikan sains apa pun," ujarnya di Science. Dia menjelaskan, Ilmuwan Jerman masih terus menerbitkan jurnal berbahasa Jerman selama 1920-an, bahkan memenangkan Penghargaan Nobel. "Dan [boikot] juga tidak menghalangi para ilmuwan untuk menjadi jingoistik (mengagung-agungkan negaranya) dalam perang berikutnya."

"Tidak pernah jelas apa yang seharusnya dicapai selain membuat orang tertentu merasa seperti mereka sedang menghakimi orang Jerman." Dan pelarangan itu berakhir di tahun 1926 ketika Jerman bergabung dengan Liga Bangsa Bangsa (LBB).

Dia memandang untuk saat pemboikotan terhadap hasil penelitian ilmuwan Rusia adalah memiliki tujuan yang tidak jelas, walau tindakan Rusia sendiri tidak bisa dibenarkan.

Baca Juga: Ancaman Rusia atas Sanksi AS, Bagaimana Nasib Stasiun Luar Angkasa?

Baca Juga: Punya Masalah Sejak Lama, Kenapa Rusia Bergerak ke Ukraina Sekarang?

Baca Juga: Polemik Sci-Hub: Penolong atau Penghambat Perkembangan Sains Dunia?