Kisah Augustus, Kaisar Romawi yang Merupakan Anak Angkat Julius Caesar

By Galih Pranata, Senin, 14 Maret 2022 | 08:00 WIB
Patung perunggu Gaius Julius Caesar Octavianus, lebih dikenal sebagai Imperator Caesar Augustus. (Jule Berlin/Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Butuh beberapa tahun bagi Augustus untuk mengkonsolidasikan posisinya, karena pembunuhan Julius Caesar menyebabkan pengambilan kekuasaan oleh Antony.

Augustus (63 SM–14 M), adalah sosok pria yang menarik dan kontroversial, mungkin merupakan tokoh paling penting dalam sejarah Romawi, melampaui pendahulunya, Julius Caesar dalam hal umur panjang dan kekuasaan.

Selama berumur panjang, kaisar Augustus, Republik yang gagal diubah menjadi Kekaisaran itu mampu bertahan selama berabad-abad.

"Augustus merupakan salah satu kaisar besar yang membangun sebagian kekuasaan Romawi. Ia dilahirkan dengan banyak nama. Nama lahir Augustus adalah Gaius Octavius," tulis NS Gill.

Gill menulis kepada Thought.co dalam artikelnya yang berjudul How Were Julius Caesar and His Successor Augustus Related?

Bahkan hingga hari ini, beberapa sejarawan masih memanggilnya Octavius ​​ketika membahas kehidupan awalnya. Nama lain dari Augustus adalah Octavianus Augustus, Augustus Caesar dan Augustus Julius Caesar.

Lantas, bagaimana hubungan Augustus sang kaisar besar Romawi dengan pendahulunya Julius Caesar?

Augustus, yang dikenal sebagai Caesar Augustus atau Octavianus, adalah keponakan buyut Kaisar Romawi Julius Caesar yang dia adopsi sebagai putra dan ahli warisnya.

Pada pertengahan abad pertama SM, Julius Caesar sangat membutuhkan ahli waris. Dia tidak memiliki putra, hanya memiliki seorang putri, bernama Julia Caesaris yang hidup sekitar tahun 76–54 SM.

Julius Caesar menikah beberapa kali, terakhir kali dengan saingan lama Caesar dan teman Pompey, Julia yang hanya dianugerahi satu anak, yang meninggal saat lahir bersama ibunya pada tahun 54 SM.

Meski menjadi orang paling berkuasa di Romawi, Augustus memiliki masalah pelik. Ketiadaan ahli waris dapat mengacaukan segala kerja kerasnya untuk Romawi. (Walters Art Museum/Wikipedia)

Hal itulah yang mengakhiri harapan ayahnya untuk pewaris darah langsungnya sendiri (dan kebetulan mengakhiri kemungkinan gencatan senjata dengan Pompey).