Alih-alih Damai, Penikaman Julius Caesar Sebabkan Rebutan Kuasa Romawi

By Sysilia Tanhati, Selasa, 15 Maret 2022 | 08:00 WIB
Pembunuhan Julius Caesar oleh Senat Romawi justru menimbulkan perang saudara. Alih-alih mengutuknya sebagai seorang tiran, orang-orang meratapi Caesar sebagai seorang martir. ( Vincenzo Camuccini)

Baca Juga: Sisi Lain Julius Caesar, Kaisar Romawi Kuno Dicap Pezina Buruk

    

Caesar mengerti bagaimana memelihara cinta rakyatnya. Prajuritnya dibayar dengan baik dan dia mengesahkan undang-undang membantu orang miskin. Termasuk melindungi mereka dari pejabat pemerintah yang kejam.

Setelah pembunuhan Caesar, serangkaian perang saudara untuk merebut kekuasaan pun terjadi.

Pada akhirnya, putra angkat Julius Caesar, Octavianus muncul sebagai pemimpin Romawi. Dia menamai dirinya sendiri Augustus Caesar. Pemerintahan Augustus menandai berakhirnya Republik Romawi dan dimulainya Kekaisaran Romawi.

Julius Caesar dikenang bukan sebagai orang yang haus kekuasaan tetapi sebagai seorang pemimpin besar. Bahkan banyak penguasa Romawi setelahnya mengambil gelar “Caesar”. Barry Strauss, penulis buku “The Death of Caesar” mencatat penggunaan kata Kaiser di Jerman dan Tsar di Rusia juga berasal dari kata Caesar.  

Alih-alih mengutuknya sebagai seorang tiran, orang-orang meratapi dia sebagai seorang martir. Kejeniusan Caesar dan simpatinya terhadap orang miskin terus hidup sementara perangnya melawan Republik mendukung pemerintahan satu orang dilupakan.