Hasil Buka Sasi Kelompok Perempuan Rajaampat: Panen Besar Biota Laut

By Utomo Priyambodo, Rabu, 16 Maret 2022 | 08:00 WIB
Salah satu anggota Kelompok Perempuan Waifuna sedang menyelam bebas mengambil teripang laut pada masa buka sasi di Kampung Kapatcol, Raja Ampat. (Awaludinnoer/YKAN)

Nationalgeographic.co.id—Kelompok Perempuan Waifuna di Kampung Kapatcol, Distrik Misool Barat, Kabupaten Rajaampat mengadakan acara buka sasi laut. Acara tersebut diadakan pada 6 sampai 10 Maret 2022.

Sasi merupakan salah satu praktik adat untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan yang masih diterapkan hingga hari ini di wilayah Maluku dan Papua. Wilayah sasi di Kampung Kapatcol itu dibuka setelah sempat ditutup selama satu tahun.

"Secara garis besar sasi adalah sebuah mekanisme adat untuk mengatur pengelolaan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut, dalam jangka waktu tertentu," papar Lukas Rumetna, Bird’s Head Seascape Manager Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).

"Selama sasi berlaku, tidak ada yang boleh mengambil sumber daya di dalam wilayah yang sedang dilakukan sasi hingga tiba waktunya dibuka," jelas Lukas, seperti dikutip dari keterangan tertulis YKAN. YKAN mendukung penuh kegiatan sasi dan buka sasi ini.

Jika sasi dilakukan selama satu tahun, itu artinya tidak boleh ada yang mengambil biota (hewan dan tumbuhan) laut selama setahun penuh di kawasan yang telah ditetapkan sebagai wilayah sasi tersebut. Jadi, acara buka sasi ini merupakan kegiatan panen besar biota laut oleh masyarakat setempat yang telah "berpuasa" tak mengambil sumber daya dari wilayah tersebut.

Almina Kacili membawa teripang yang sudah diolah dan siap dijual. (Awaludinnoer/YKAN)

Dalam kegiatan buka sasi kali ini, warga panen besar biota laut berupa teripang. Hasil penjualan dari acara buka sasi tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan keagamaan, sosial-kemasyarakatan, dan tabungan pendidikan bagi warga.

Secara tradisi, wilayah sasi biasanya dikelola oleh kaum laki-laki. Namun, di Kampung Kapatcol, wilayah sasi dikelola oleh para perempuan. Hak kepemilikan perempuan ini pun diakui sepenuhnya oleh pemerintah kampung, gereja, dan pemegang adat.

Dalam perjalanannya, Kelompok Perempuan Waifuna mendapat pendampingan pengelolaan sasi berkelanjutan berlandaskan sains melalui jalinan kemitraan dengan YKAN. Di antaranya dengan mengembangkan kesepakatan sasi berdasarkan hasil monitoring populasi teripang dan lobster.

Salah satu anggota Kelompok Perempuan Waifuna menunjukkan teripang yang ia dapat di acara buka sasi. (Awaludinnoer/YKAN)

Kesepakatan sasi harus dipatuhi semua anggota kelompok. Sebagai contoh salah satu kesepakatan, para anggota kelompok hanya boleh mengambil biota yang sudah dewasa dan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan saat buka sasi ini.

"Perempuan juga harus berada di garis depan dalam menjaga kelestarian alam. Hal lain yang tak kalah penting adalah dengan menanamkan prinsip-prinsip pelestarian alam di lingkungan keluarga," ujar Ketua Kelompok Perempuan Waifuna Almina Kacili.