Baca Juga: Kisah Pilu dan Mengenaskan Kehidupan Budak di Peradaban Romawi Kuno
Baca Juga: Kehidupan Ekonomi Romawi: Sebagian Orang Bebas Justru Ingin Jadi Budak
Baca Juga: Spartacus, Gladiator yang Pimpin Pemberontakan Budak Melawan Romawi
Saat ini, sulit untuk sepenuhnya menghargai prevalensi relatif dari pekerjaan yang diperbudak ini atau untuk mengukur dengan tepat berapa banyak tenaga kerja Romawi yang mereka pertanggungjawabkan. Namun, jelas perbudakan memainkan peran penting, bertindak sebagai komponen vital masyarakat Romawi dan ekonominya. Orang-orang yang diperbudak ada di mana-mana di kota dan pedesaan, baik di rumah tangga maupun bisnis, dan kepemilikan mereka tidak terbatas pada para elite.
Mulanya, para budak pertanian relatif jarang selama sejarah awal Romawi. Namun seiring dengan hilangnya sebagian besar pertanian kecil independen dan berubah menjadi tanah-tanah pertanian milik segelintir orang, para elite Romawi pemilik tanah ini kemudian menggunakan banyak budak untuk merawat ladang mereka.
Sebagaimana dilansir Ancient Origins, para budak juga digunakan dalam konteks perkotaan dalam berbagai macam bengkel. Para budak roti Romawi diketahui telah diperlakukan dengan buruk, meskipun banyak budak Romawi sebenarnya menjalani kehidupan yang relatif menyenangkan.
Perbudakan Romawi berbeda dari perbudakan pada periode modern awal. Perbudakan Romawi tidak berdasarkan ras dan jauh lebih mudah bagi para budak untuk mendapatkan kebebasan mereka.
Setelah para budak membeli kebebasan mereka, orang-orang yang baru dibebaskan ini sering kali memiliki kesempatan yang lebih baik daripada orang-orang miskin yang lahir bebas karena mereka sudah memiliki pelatihan industri dan manajerial yang dapat mereka gunakan untuk mencari pekerjaan. Bahkan ada bukti bahwa orang-orang Romawi miskin yang lahir bebas menjual diri mereka sendiri sebagai budak untuk meningkatkan prospek masa depan mereka.