Kisah Leonidas, 300 Tentara Sparta dan Pertempuran Thermopylae

By Maria Gabrielle, Sabtu, 26 Maret 2022 | 09:00 WIB
Aktor Gerard Butler berperan sebagai Leonidas di film 300 (2006). (Warner Bros. Picture/ YouTube)

Anda mungkin mengetahui sosok Leonidas, Raja Sparta dari film 300 garapan sutradara Zack Snyder yang rilis tahun 2006 lalu. Dalam film bergenre fiksi sejarah ini aktor Gerard Butler dipercaya untuk memerankan karakter Leonidas.

Film 300 yang diangkat dari komik berjudul sama karya Frank Miller menceritakan pertempuran antara pasukan Sparta dengan tentara Persia di bawah kepemimpinan Xerxes. Tidak sepenuhnya fiksi, pertempuran yang berlangsung di Thermopylae (Battle of Thermopylae) terjadi pada tahun 480 SM.

Dilansir dari Discover Magazine, sejarah Pertempuran Thermopylae diketahui dari beberapa sejarawan Yunani kuno, termasuk Herodotus. Beberapa temuan arkeologi, seperti mata panah orang-orang Persia membantu memperkuat catatan sejarah pertempuran tersebut.

Thermopylae terletak di bagian selatan daratan Yunani, dekat dengan pantai. Karena sebagian besar daerah Yunani mempunyai banyak gunung, orang Persia yang menyerang terpaksa mengambil jalan non-linear ke jantung Yunani. Pada titik tertentu, jalur ini harus melewati celah sempit yang diberi nama Thermopylae.

Sebagian dari pertempuran ini bermula pada kegagalan perang pertama Yunani dan Persia, satu dekade sebelumnya. Kala itu, Persia kalah dalam Pertempuran Marathon. Orang- orang Persia juga kecewa dengan orang-orang Yunani yang mendukung pemberontakan Ionia. Penguasa Persia yang baru, Xerxes I, memutuskan untuk melanjutkan perjuangan sang ayah, Darius I dan menaklukkan negara kota Yunani.

Guna melancarkan rencananya, Persia melakukan persiapan dengan matang sekitar empat tahun lamanya. Mulai dari mengumpulkan pasukan, perbekalan disimpan di sepanjang rute untuk para prajurit dan kuda-kuda mereka, bahkan Xerxes memiliki kanal besar yang digali melalui tanah genting Gunung Athos untuk kapalnya.

Dengan persiapan lengkap, Persia memulai perjalanan panjang mereka. Di sisi lain, orang-orang Yunani yang mengawasi dengan hati-hati mengetahui bahwa mereka hanya memiliki sedikit peluang untuk menang, mengalahkan pasukan musuh yang jauh lebih besar. Negara kota Yunani yang biasanya bersitegang Athena dan Sparta bersatu dalam menghadapi apa yang mereka sadari sebagai ancaman bersama.

Mereka menetapkan rencana, jika pasukan Yunani bisa memaksa Persia untuk menghadapi mereka dalam pertempuran di lokasi, di mana orang-orang Yunani memiliki keuntungan teritorial, mereka mungkin bisa meraih kemenangan. Area Thermopylae sewajarnya menjadi pilihan.

Celah itu merupakan satu-satunya jalan yang tersedia untuk tentara yang bertekad menyerang tanah Yunani. Karena ukurannya cukup sempit, Persia tidak dapat mengerahkan kekuatan penuh. Adanya benteng di sana turut menambah lapisan pertahanan. Di tempat inilah berdiri, Raja Sparta, Leonidas dan pasukan yang berjumlah sekitar 7.000 orang.

Ilustrasi Pertempuran Thermopylae antara tentara Yunani melawan pasukan Persia. (Wikimedia Commons)

Seperti yang dikatakan oleh Herodotus, Persia menunggu selama empat hari setelah tiba di lokasi. Kala itu, Xerxes meyakini kemenangan yang mudah. Hingga akhirnya orang-orang Persia menyerang di hari kelima. Menempatkan diri di celah itu dalam formasi khas berakibat barisan pasukan dengan tombak dan perisai tumpang tindih. Terjepit, taktik Yunani terbukti efektif, mereka berhasil memukul mundur gelombang penyerang pertama dan kelompok kedua yang terdiri dari prajurit terbaik Persia atau The Immortals.

Pertempuran hari berikutnya berjalan sedikit lebih baik. Orang-orang Yunani mengalami beberapa kerugian sambil terus menghadapi serangan Persia. Armor superior dan tombak panjang pasukan Yunani, dikombinasikan dengan taktik militer yang cocok, sepertinya membantu memberi mereka keuntungan.