Legenda Putri Mandalika nan Cantik yang Berubah Jadi Cacing Laut

By Galih Pranata, Rabu, 23 Maret 2022 | 09:00 WIB
Festival Bau Nyale di Mandalika, Lombok. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Pulau Lombok banyak menyimpan upacara adat, legenda serta cerita rakyat yang dirayakan setiap tahunnya.

Sejak zaman dahulu kala, kawasan pantai selatan pulau Lombok telah dianugrahi deretan pantai yang sangat cantik diantaranya: pantai Kuta, pantai Seger, pantai Tanjung Aan. Pantai tersebut dikenal dengan pantai Putri Nyale atau pantai Putri Mandalika.

"Pemberian nama tersebut berdasarkan mitos legenda cerita rakyat yang terkenal dengan cerita Putri Nyale (Putri Mandalika)," tulis Eko Sumardi.

Eko Sumardi menulis kepada BP PAUD dan DIKMAS Nusa Tenggara Barat dalam bukunya berjudul Kisah Putri Mandalika, yang diterbitkan pada tahun 2018.

Berbanding terbalik dengan tradisi Bau nyale yang semakin gencar dipromosikan dari tahun ke tahun, legenda Putri Mandalika justru tidak mengalami promosi yang serupa.

Akibatnya, meskipun legenda ini masih tetap di kenal secara meluas, ternyata kebanyakan dari mereka, khususnya para remaja, hanya mengenalnya sebatas pada sebuah cerita mengenai seorang putri yang melompat ke dalam laut yang kemudian berubah menjadi Nyale.

"Nyale merupakan nama dari jenis cacing laut yang menyala bila dilihat dari kegelapan yang dipercayai oleh rakyat sekitar sebagai jelmaan Putri Mandalika," terusnya.

Legenda Putri Mandalika adalah legenda yang menceritakan seorang putri yang bernama mandalika yang dikenal sangat cantik dan baik hati.

"Dia merupakan seorang putri dari raja yang bertahta di negeri Eberu, puteri yang terampil dalam menguasai dengan baik semua pekerjaan wanita," tulis Gusti Ayu Putu Ari Andini.

Gusti Ayu Putu Ari Andini dalam skripsinya kepada Universitas Pendidikan Ganesha yang berjudul Pengembangan Busana Fantasi Sumber Ide Legenda Putri Mandalika, publikasi tahun 2019. 

Budi bahasanya halus sehalus dan semerdu suaranya. Kecantikannya termasyhur ke berbagai penjuru negeri yang membangkitkan keinginan para putra mahkota kerajaan lain dari berbagai negeri untuk melihatnya, dan mempersuntingnya.

"Akan tetapi tidak satupun lamaran dari pangeran yang ditolak, karena jika putri memilih salah satu pangeran akibatnya akan menyebabkan peperangan diantara mereka dan akan menimbulkan malapetaka yang melanda negeri tersebut," imbuh Andini.