Embung Grigak Dibangun di Dusun Karang, Warga Tidak Perlu Tampung Air Hujan

By Fathia Yasmine, Rabu, 23 Maret 2022 | 17:23 WIB
Embung Grigak tampak dari atas. (CCFI)

Nationalgeographic.co.id – Masyarakat Dukuh Karang, Kelurahan Girikarto, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, kini bisa bernafas lega. 

Pasalnya, sebuah embung telah dibangun sebagai sumber air masyarakat, yakni Embung Grigak.

Sebagai masyarakat yang menghuni kawasan karst, kehadiran embung adalah harapan untuk mengatasi krisis air yang terjadi sepanjang tahun. 

Bukan hanya air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, tetapi juga untuk mengairi sawah karena mayoritas masyarakat Dukuh Karang bekerja sebagai petani.

Sebagai informasi, karst merupakan daerah yang permukaan tanahnya tersusun dari batuan kapur berpori sehingga air yang jatuh ke permukaan tanah selalu merembes ke lapisan dalam tanah. Oleh karena itu, masyarakat di kawasan ini sulit mendapat akses terhadap sumber air.

Kehadiran embung membuat petani tidak perlu lagi menampung air hujan di ember untuk mengairi lahan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebaliknya, petani dan masyarakat sekitar hanya perlu menimba air di embung sesuai kebutuhan.

Tokoh pendamping masyarakat setempat Romo Wiryono Priyotamtama SJ mengatakan, embung yang dibangun pada Maret 2020 dan diresmikan pada Mei 2021 tersebut mampu mengairi 20 hektare sawah, serta 5.000 tanaman buah-buahan yang ditanam di lahan perkebunan seluas 30 hektare milik 150 petani. 

Baca Juga: Penemuan Pot-pot Ini Mengungkap Detail Baru Tentang Proses Mumifikasi

Embung yang berlokasi sekitar 30-40 meter dari bibir laut dan menghadap ke arah pantai tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai area budidaya ikan. 

Embung tersebut tidak hanya berguna bagi masyarakat, tapi juga memberi nilai tambah berupa potensi  pariwisata. Embung Grigak kini menjadi salah satu destinasi wisata di Dukuh Karang. 

“Tujuan awal pengadaan Embung Grigak ini adalah untuk mengairi lahan pertanian di musim kemarau dan juga sebagai wadah budidaya ikan. Potensi lainnya dari adanya embung tadah hujan ini juga untuk menarik wisatawan,” ungkap Romo melalui pernyataan resmi, Rabu (15/9/2021).

Guna menjaga kelestarian embung seluas satu hektare tersebut, lanjut Romo Wiryono, pemeliharaan embung maupun sumber pendapatan dari pertanian, wisata, dan perikanan akan dikelola langsung oleh perkumpulan milik masyarakat. Anggota perkumpulan tersebut kebanyakan berprofesi sebagai petani.

Baca Juga: Momus, Dewa Ironi dan Sarkasme yang Diusir dari Olimpus oleh Zeus

“Ketiga sumber pendapatan potensial ini dipercayakan pengelolaannya kepada perkumpulan Eco-Camp Mangun Karsa milik masyarakat yang kebanyakan petani," papar Romo Wiryono.

Dibantu pihak swasta

Selain sebagai sumber air dan tempat budidaya ikan, Embung Grigak juga menjadi daya tarik bagi wisatawan. (CCFI)

Untuk mewujudkan kemudahan memperoleh air, warga dan tokoh masyarakat Dusun Karang tidak bergerak sendiri. 

Pembangunan embung tersebut dibantu oleh Yayasan Obor Tani (YOT), masyarakat setempat yang berasal dari Eco-Camp Mangun Karsa, dan pihak swasta, yakni Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI).

Direktur Eksekutif YOT Pratomo menuturkan, pembangunan embung diharapkan dapat membuka lahan pekerjaan baru bagi para petani. Sebab, tanah kapur memiliki tingkat keasaman (pH) tinggi sehingga cocok untuk menanam buah lain alpukat, kelengkeng, dan mangga.

Sementara itu, Ketua Pelaksana CCFI Triyono Prijosoesilo menjelaskan, keterlibatan pihaknya merupakan bentuk kepedulian terhadap program pengembangan embung dari Kementerian Pertanian (Kementan).

“Inisiatif ini sejalan dengan program strategis pengembangan embung dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia sebagai infrastruktur penting untuk memenuhi kebutuhan air di sektor pertanian,” ungkap Triyono.

Baca Juga: Penemuan Tengkorak Monster Laut, Diduga Spesies Baru Basilosaurus

Melalui embung Grigak, Triyono berharap, masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas tersebut dengan baik. Dengan begitu, kesejahteraan pun dapat ikut membaik.

“Jika nantinya (embung) berdampak pada tumbuhnya pariwisata di dekat lokasi, tentunya menjadi nilai plus bagi para penduduk sekitar dalam meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan mereka, dan kami turut senang telah ikut berperan,” imbuh Triyono. (*CM/FAT)