Namun, Melchor Arteaga menuliskan pada Bingham sebagai Macho Pischo, dan menurut Bingham terdengar seperti "Pecchu" ketika diucapkan secara lantang. Inilah yanbg membuat Bingham menggunakan "Machu Picchu" untuk selanjutnya. Gonzales dan Bauer memperkirakan, Arteaga sepertinya tidak merujuk pada reruntuhan Huayna Picchu.
"Dari catatan lapangan dan suratnya, tampak bahwa dalam menyebut kota yang hancur Machu Picchu, Bingham mengikuti informasi yang diberikan Melchor Arteaga," tulis Gonzales dan Bauer.
"Karena Bapak Arteaga tinggal di kaki gunung dan telah mengunjungi reruntuhan sebelumnya, dan bahkan mendaki Huayna Picchu, tidak ada alasan bagi Bingham untuk mempertanyakan nama itu, meski dalam percakapan sebelumnya, yang diadakan di kota Urubamba, reruntuhan itu secara khusus disebut Huayna Picchu."
Mereka pun menelaah kembali catatan-catatan jauh sebelum yang dilaporkan Bingham. Berdasarkan masa penguasaan Spanyol, kota itu diungkapkan sebagai kota Picchu atau kota Huayna Picchu. Lalu nama Machu Picchu tidak pernah ada referensi yang pernah digunakan untuk situs ini. Nama Machu Picchu sendiri dalam bahasa Quechua berarti "gunung tua".
"Meskipun bukti negatif tidak pernah memuaskan, menarik bahwa kita tidak mengetahui referensi ke kota Inca bernama Machu Picchu sebelum laporan kunjungan Bingham tersebar ke seluruh dunia pada tahun 1912," tulis Gonzales dan Bauer.
Pandangan kelirunya "Machu Picchu" sebagai nama untuk merujuk situs di dataran tinggi Peru itu bukan pertama kali saja dilakukan Gonzales dan Bauer. Tahun 1990, John Rowe mengungkapkan hal yang sama berdasarkan arsip dari era kolonialisme Spanyol di abad ke-16, yang menunjukkan kota Inca kuno itu disebut "Picchu" di jurnal Histórica.