Sejarah Bangkai Kapal Berusia 207 Tahun di Teluk Meksiko Terungkap

By Maria Gabrielle, Jumat, 25 Maret 2022 | 20:30 WIB
Potret bangkai kapal Industry di dasar Teluk Meksiko. (NOAA Ocean Exploration/AP)

Nationalgeographic.co.id—Penemuan barang-barang dari masa lampau memberikan wawasan baru mengenai kehidupan manusia kala itu. Salah satunya, penemuan bangkai kapal di Teluk Meksiko oleh perusahaan energi di tahun 2011 lalu.

Dilansir dari The Guardian, selang enam tahun kemudian bangkai kapal di dasar laut itu kembali ditemukan. Namun, belum dapat diteliti secara rinci. Hingga akhirnya, penelitian dilakukan pada 25 Februari 2022 oleh para ilmuwan dari Search Inc, sebuah perusahaan arkeologi Amerika Serikat dan Biro Kelautan AS.

Di bawah pimpinan James Delgado dan Michael Brennan dari Search Inc, serta Scott Sorset, arkeolog kelautan dari Biro Kelautan AS, tim melakukan penelitiannya dengan menggunakan kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh (ROV) untuk menjelajahi dasar laut.

Hasilnya diketahui bahwa kapal tersebut dibuat pada tahun 1815 di Westport, Massachusetts, Amerika Serikat. Kapal yang terbuat dari kayu dengan dua tiang sepanjang 19,5 meter ini dulunya digunakan untuk berburu paus.

Diperkirakan berusai 207 tahun, kapal tersebut mengarungi Samudra Atlantik, Laut Karibia, dan Teluk Meksiko. New York Times melaporkan kapal laut ini tenggelam karena diterjang badai pada 26 Mei 1836.

Selain itu, para ahli juga melakukan proses identifikasi dengan cara mengkombinasikan sejarah kapal dan rekaman ROV. Melalui cara ini, mereka berhasil mengidentifikasi nama dari kapal tersebut, Industry.

Lebih lanjut, para ilmuwan mengungkapkan penemuan kapal memberikan wawasan baru tentang kehidupan pelaut berkulit hitam dan penduduk asli Amerika, serta kontribusi luas mereka terhadap perdagangan yang berkembang pesat.

“Sejarah orang kulit hitam serta penduduk asli Amerika adalah sejarah Amerika. Penemuan ini berfungsi sebagai pengingat pentingnya akan kontribusi besar orang kulit hitam dan penduduk asli Amerika untuk negara kita,” kata Wakil Menteri Perdagangan AS, Don Graves.

Don Graves menambahkan sejarah yang terkandung pada kapal dapat mengedukasi masyarakat. Terutama mengenai kehidupan pelaut kulit hitam dan penduduk asli Amerika serta tantangan besar yang mereka hadapi di darat dan laut.

Temuan ini semakin menarik karena para ilmuwan mendapati adanya hubungan sejarah kapal dengan beberapa pelaut kulit hitam terkemuka, seperti Paul Cuffe. Diketahui, Paul Cuffe adalah pembuat kapal, filantropis, dan abolisionis yang mempekerjakan kulit hitam dan pribumi Amerika di kapalnya.

Ada pula tokoh bernama Pardon Cook, yang melakukan pelayaran penangkapan ikan paus paling banyak dari orang kulit hitam mana pun dalam sejarah Amerika.

  

Baca Juga: Kapal Shackleton nan Legendaris Akhirnya Ditemukan, Seabad Kemudian

Baca Juga: Setelah Kalah Melawan Lapu-lapu, ke Mana Ekspedisi Magellan Pergi?

Baca Juga: Kisah Tragis Tenggelamnya Kapal Batavia: Gerbang Kastel nan Tak Sampai

   

“Berita penemuan ini sangat menarik, karena memungkinkan kita untuk mengeksplorasi hubungan awal orang-orang yang bekerja di kapal itu. Hal ini merupakan pelajaran bagi kita untuk menghargai keragaman, kesetaraan, dan inklusi di tempat kerja,” kata Carl Cruz, sejarawan dari New Bedford yang merupakan keturunan dari Paul Cuffe.

Diketahui nasib awak kapal Industry belum jelas setelah kapal tenggelam diterjang badai. Namun, penelitian terbaru yang dilakukan oleh Robin Winters, seorang pustakawan lokal di perpustakaan umum Westport di Massachusetts, telah memberi kejelasan nasib para awak.

Robin Winters menemukan sebuah artikel yang ditulis Nantucket Inquirer and Mirror dari tahun 1836. Artikel itu melaporkan bahwa awak kapal Industry telah diselamatkan di laut oleh kapal penangkap paus lain dan kembali dengan selamat ke Massachusetts.

"Awak kapal Industry sangat beruntung. Jika awak kulit hitam mencoba pergi ke darat, mereka akan dipenjara di bawah hukum setempat dan jika mereka tidak dapat membayar uang mereka selama di penjara, mereka akan dijual sebagai budak," pungkas Delgado, yang bekerja erat dengan Winters dan beberapa sejarawan lokal lainnya.