"Laki-laki ‘indo-anjing’ itulah kakek moyang orang Kalang. Karena asal-usulnya ini, pada setiap malam Jumat Kliwon keluarlah ekor (buntut) pendek di tubuh bagian belakang orang Kalang," terang Dede.
Baca Juga: Mengenal Wong Kalang, Rakyat Kuno dalam Kitab Negarakertagama
Baca Juga: Inilah Model Pendidikan yang Merdeka bagi Masyarakat Sedulur Sikep
Baca Juga: Naskah Cina-Jawa, Jejak Budaya yang Terlupakan dalam Sejarah
Dalam risetnya, Dede menanyakan pada salah seorang informan di Desa Pesantren, menegaskan bahwa keluarnya ekor hanya berlaku bagi orang Kalang ‘asli’ di zaman dahulu.
"Sekarang, zaman sudah berubah dan tidak sedikit orang Kalang yang kawin-mawin dan bergaul dengan orang Jawa sehingga ‘darah Kalang’ mereka tidak murni lagi," tegasnya.
Mitos tentang kebenaran faktual dari kemunculan ekor orang asli Kalang diperkirakan berkembang dari tradisi lisan masyarakat sekitar yang dilestarikan secara turun temurun.
Narasi yang berkembang sampai ke era modern, menyebut tentang dibentuknya mitos asal-usul Orang Kalang ini, sebagai upaya untuk menjelaskan bahwa orang Kalang dianggap mempunyai asal-usul berbeda di mata orang Jawa.
Meski secara sosial orang Kalang selalu dipandang rendah, namun secara ekonomi masyarakat Kalang telah mendominasi roda perekonomian di Pesantren, Ulujami, Pemalang.