Nationalgeographic.co.id—Tablet kecil itu lebih tua dari Gulungan Laut Mati ditemukan di sebuah penggalian di Gunung Ebla di Israel. Berukuran hanya dua sentimeter kali dua sentimeter, ukiran pada tablet itu kemudian diterjemahkan. Para peneliti berpendapat bahwa tablet itu memberikan bukti peristiwa-peristiwa dalam Alkitab terjadi ratusan tahun lebih awal dari yang diyakini sebelumnya. Tablet kutukan ini diperkirakan lebih tua dari Gulungan Laut Mati.
Tablet kuno yang mirip dengan tablet kutukan
Lempeng timah kuno kecil ditemukan oleh Dr. Scott Stripling, direktur Institut Studi Arkeologi di Seminari Alkitab di Katy. Tablet ini ditemukan di Gunung Elba, salah satu dari dua gunung di sekitar kota Nablus di Tepi Barat.
Tablet yang digali mengingatkan pada defiksasi Romawi kuno yang sengaja dibuat untuk mengutuk orang.
Prasasti pada tablet yang ditemukan berbunyi: “Terkutuk, terkutuk, terkutuk — dikutuk oleh Tuhan Yahwe. Anda akan mati terkutuk. Terkutuklah kamu pasti akan mati. Dikutuk oleh Yahwe, dikutuk, dikutuk, dikutuk.”
Pemeriksaan artefak menunjukkan bahwa tablet itu setidaknya 200 tahun lebih tua dari teks Ibrani lainnya yang ada.
Gulungan Laut Mati dianggap sebagai artefak penentu yang menentukan garis waktu Alkitab. Gulungan itu ditulis sekitar 150 SM. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa kitab Keluaran yang menuliskan tentang pelarian orang Israel dari Mesir, terjadi di suatu tempat antara 600 SM dan 300 SM. Periode ini dikenal sebagai periode Persia dan periode Helenistik.
Garis waktu Alkitab telah lama didasarkan pada Gulungan Laut Mati yang ditemukan pada tahun 1947 di Yordania Barat, di dekat reruntuhan Qumran. Di situs tersebut, peneliti menemukan pot tanah liat yang diisi dengan gulungan kuno. Artefak-artefak itu tersebar di sebelas gua, terletak 13 mil sebelah timur Yerusalem, Israel.
Teks-teks tersebut ditulis menggunakan tinta berbasis karbon dan sebagian besar dalam bahasa Ibrani, dengan beberapa dalam bahasa Aram dan Yunani. Seperti dilaporkan sebelumnya di AncientPages.com, “analisis awal menunjukkan bahwa teks-teks itu milik kaum Esseni. Ini anggota sekte agama atau persaudaraan yang berkembang di Palestina dari sekitar abad ke-2 SM hingga akhir abad ke-1 M.
Namun, tinjauan selanjutnya dari hasil ini telah menimbulkan pertanyaan tambahan terkait dengan gulungan. Ini dianggap sebagai salah satu peristiwa arkeologi terbesar abad kedua puluh.
Tablet itu dilipat menjadi dua, jadi untuk membaca teks tanpa merusaknya. Stripling bekerja sama dengan empat ilmuwan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Republik Ceko dan dua ahli epigraf untuk membaca teks.
Apakah tablet ini membuktikan bahwa tulisan di kitab Keluaran terjadi lebih awal?
Rentang waktu pada kitab Keluaran masih menjadi bahan perdebatan hingga kini. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa Keluaran, pelarian orang Israel dari Mesir, terjadi di suatu tempat antara 600 SM dan 300 SM.
“Seseorang tidak dapat lagi berargumentasi secara langsung bahwa teks alkitabiah tidak ditulis sampai periode Persia atau periode Helenistik. Tablet ini menunjukkan bawa manusia memiliki kemampuan untuk menulis seluruh teks dalam waktu yang sangat lama sebelumnya,” kata Dr. Stripling.
Penggunaan kata "Yahwe" itulah yang membuang garis waktu Alkitab yang asli, ungkap Stripling.
Baca Juga: Mengapa Unicorn Disebutkan dalam Alkitab? Begini Penjelasan Ahli
Baca Juga: Demi Propaganda, Nazi Bikin Alkitab Anti-Semit dan Yesus Ras Arya
Baca Juga: Teknologi Ungkap Rahasia Gulungan Alkitab Hangus Berusia 1.500 Tahun
“Kami sekarang memiliki nama 'Yahwe,' Tuhan Israel dalam Alkitab, dalam sebuah prasasti yang berasal dari (Era Perunggu Akhir II). Ini lebih awal dari yang akan dibantah oleh banyak orang skeptis bahwa Alkitab ada,” tambah Stipling. Sebagian orang tidak percaya akan kemampuan menulis manusia zaman itu.
Menurut Dr. Gershon Galil, seorang profesor studi Alkitab dari Universitas Haifa, penulis tablet Gunung Ebla mungkin adalah seorang pemimpin agama yang berpendidikan tinggi.
“Jelas bahwa orang yang menulis ini adalah seorang jenius,” kata Galil. “Dia bukan hanya seorang juru tulis, dia adalah seorang teolog. Dia adalah seorang pemimpin.”
Kutukan itu mungkin ditujukan kembali pada penulis sebagai pengingat tentang murka Tuhan jika dia gagal untuk tunduk pada kehendak Tuhan, tambah Stripling. Penulis kemungkinan besar menggunakan batang besi untuk menggoreskan kata-kata ke timah, Stripling menjelaskan. Ini merupakan metode menulis prasasti yang umum pada waktu itu.
“Dalam buku tertua di Alkitab, di Ayub 19:24, ada referensi untuk menulis dengan peniti besi di timah,” imbuhnya.
Gunung Ebal dikenal dalam kitab Yosua dan Ulangan sebagai "gunung kutukan". Jadi masuk akal jika teks itu ditemukan di gunung itu, kata Galil.