Baca Juga: Riwayat Nyonya-nyonya Cina di Jawa, Narasi Sejarah yang Terlupakan
Baca Juga: Naskah Cina-Jawa, Jejak Budaya yang Terlupakan dalam Sejarah
Setelah persembahan diletakkan di depan makam, anggota keluarga menyalakan petasan, membakar dupa, dan uang kertas neraka. Namun sekarang, sama halnya seperti di Indonesia, keluarga hanya membakar dupa, uang kertas, dan beberapa kebutuhan orang yang sudah meninggal. Misalnya telepon genggam, baju, atau mobil. Semua ini dijual di toko khusus dan terbuat dari kertas sehingga mudah dibakar.
Tamasya musim semi
Setelah menghormati leluhur dengan membersihkan makam, banyak orang kemudian akan menghabiskan waktu di luar ruangan menikmati alam. Sering kali, festival ini menjadi kesempatan mudik dan berkumpul dengan kerabat.
Karena Festival Qingming jatuh pada awal musim semi setiap tahun, biasanya bertepatan dengan beberapa hari hangat pertama tahun itu. Sehingga ini juga menjadi kesempatan untuk menikmati alam.
Aktivitas Qingming populer lainnya adalah menerbangkan layang-layang. Lentera berwarna sering dipasang pada layang-layang di malam hari agar berkelap-kelip saat melintasi langit.
Secara tradisional, orang percaya bahwa mereka dapat meningkatkan peluang untuk mendapatkan keberuntungan dengan memotong tali layang-layang. Mereka membiarkannya layang-layang itu terbang bebas.
Meridith juga menuturkan bahwa layang-layang yang dilepaskan dengan cara ini dianggap membawa terbang kemalangan.
Festival Qingming tetap menjadi hari libur penting di Tiongkok dan di berbagai daerah di dunia yang memiliki komunitas Tionghoa. Festival ini memberikan kesempatan untuk memberi penghormatan kepada leluhur dan menghabiskan waktu menikmati alam bebas.