Di masa lalu, Anda hanya akan mendengar apa yang bisa dibawa oleh suara muazin dengan perantaraan angin. Para pelantun akan naik ke balkon di atas menara dan menangkupkan mulut dengan tangan untuk menyiarkan panggilan dengan lebih baik.
Berada di antara Eropa dan Asia, Istanbul adalah tuan rumah bagi berbagai budaya dan agama yang kuat. Kaisar Romawi Konstantinus mendirikan kota ini pada tahun 330 M. Dinamai "Konstantinopel" untuk menghormatinya, nama ini digunakan hingga tahun 1930. Tahun 1930, kota ini secara resmi berganti nama menjadi Istanbul, nama kota yang bersejarah di Turki.
Ketika Kekaisaran Romawi pecah pada tahun 395, kota ini menjadi ibu kota Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) dan pusat agama Kristen. Ini berlangsung hingga Sultan Ottoman Mehmed II merebut kota tersebut pada tahun 1453.
“Masjid sering dinamai sesuai patron yang mendanainya,“ tutur Yang. Bangunan megah menjadi ekspresi fisik dari kekuatan politik atau status sosial sang pelindung.
Ada aturan tidak tertulis tentang seberapa megah sebuah masjid. “Misalnya, hanya anggota keluarga kerajaan Ottoman yang diizinkan membangun lebih dari satu Menara,” Yang menambahkan.
Pada awal tahun 1600-an, Sultan Ahmed I membuat skandal dengan melanggar aturan lain. Ia memutuskan bahwa hanya sultan yang berhasil dalam perang yang boleh membangun masjid agung.
Dia mengusulkan pembangunan masjid baru tepat di seberang masjid paling terkenal di kota itu, katedral Hagia Sophia. Penasihatnya menyarankan untuk tidak melakukannya, tetapi dia tetap membangunnya. Saat ini, Masjid Sultan Ahmed, atau “Masjid Biru,” adalah salah satu bangunan paling ikonik di dunia, dengan total enam menara yang menakjubkan.
Empat abad kemudian, itu tetap menjadi warisan Ahmed yang paling terkenal.
Menampilkan seni dan keahlian
Selain untuk mengumpulkan umat, masjid-masjid Istanbul memamerkan karya-karya keindahan dan keunggulan teknik kepada seluruh dunia.
Kubah di masjid termegah di Istanbul bisa melambangkan surga dan alam Tuhan. Sama seperti menara, ukurannya juga merupakan cara untuk menegaskan kekuasaan.
Kubah utama Masjid Süleymaniye, dibangun pada pertengahan abad ke-16 oleh Sultan Suleiman I, berdiameter 26 m dan mencapai ketinggian 53 m. Ini lebih tinggi dari Arc de Triomphe di Paris.