Penggunaan Jamur Psilocybin Sebagai Tradisi Keagamaan Suku Aztec

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 11 April 2022 | 11:00 WIB
Ilustrasi Jamur psilocybin (Wikimedia Commons)

Peninggalan-peninggalan seperti patung, lukisan, tulisan, dan beberapa lainnya menunjukan bahwa adanya konsumsi zat halusinogen secara teratur dalam peradaban Aztec. Bukti kuat penggunaan halusinogen oleh suku Aztec dapat dijumpai pada dewa Xochipilli.

Xochipilli, dikenal suku Aztec sebagai dewa atas musim panas, bunga, lukisan, menari, cinta, dan kreativitas. Pada istilah lain, Xochipilli dijuluki sebagai dewa kesenangan atau pangeran bunga.

    

Baca Juga: Menyingkap Sisi Lain dari Montezuma, Penguasa Peradaban Aztec

Baca Juga: Sekali Tebas, Macuahuitl akan Mengantar Korban pada Dewa Suku Aztec

Baca Juga: Alih-alih Senjata atau Tentara, Cacar Meluluhlantakkan Suku Aztec

Baca Juga: Keseharian Calon Prajurit Suku Aztec, Digantung Jika Lakukan Salah

  

“Pada pagelaran festival, patung Xochipilli akan diberi persembahan berupa jagung dan pulque (minuman beralkohol berbahan baku tanaman maguey,” terang Lex Leigh dalam tulisannya. Ia juga menambahkan, terkadang pulque akan dioplos dengan entheogen untuk menghasilkan efek yang kuat.

Diluar kegiataan keagamaan, suku Aztec menggunakan  jamur teotlnanácatl untuk memperoleh kesenangan, kreativitas, dan kehangatan emosional. Meskipun demikian, Leigh menegaskan, sejarah lengkap mengenai penggunaan jamur ini pada kebudayaan Aztec masih belum terungkap tuntas.

Seiring berjalannya waktu, penggunaan jamur psikoaktif dalam ritual keagamaan dan budaya kian sedikit. Namun, meskipun demikian penggunaan barang tersebut masih dapat dijumpai pada beberapa wilayah di dunia.

“Beberapa budaya dan agama akan terus menggunakannya dalam ritual suci yang diturunkan. Orang lain juga mungkin akan terus mencobanya sebagai obat rekreasional, kegiatan yang semakin populer di dunia barat sejak tahun 1950-an,” pungkas Lex Leigh.