170 Tahun Kebun Raya Cibodas: Usaha Konservasi hingga Wisata Alam

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 11 April 2022 | 16:00 WIB
Cagar Alam (Natuurmonument) Cibodas di Gunung Gede. Kawasan ini jadi surga penelitian botani internasional untuk menengok tanaman-tanaman tropis. (KITLV)

Nationalgeographic.co.id—Pada 11 April 2022 Kebun Raya Cibodas merayakan hari jadinya yang jadi ke-170. Kebun ini didirikan oleh kurator Kebun Raya Bogor Johannes Elias Teijsmann dengan tujuan pelestarian untuk tanaman-taman dari luar negeri. Saat itu namanya Bergtuin te Tjibodas (Kebun Pegunungan Cibodas)

"Kebun Pegunungan Cibodas saat itu surganya peneliti tanaman internasional," kata Pandji Yudistira, penulis sejarah pelestarian lingkungan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kepada National Geographic Indonesia.

"Para peneliti di seluruh dunia tertarik untuk ke sini melihat lingkungan tropis yang kaya. Di situ 'tanah sucinya', 'Mekkah' bagi semua yang berminat mengkaji flora pegunungan Jawa," imbuhnya.

Kebun Raya Cibodas tidak terlepas dari pendirian Kebun Raya Bogor.  Teijsmann bertumpu pada penelitian yang dilakukan pendiri Kebun Raya Bogor Caspar Georg Carl Reinwardt pada 1817. Kebun ini menjadi Hutan Cadangan Botani di bawah pengelolaan Kebun Raya Bogor.

Artinya, dengan kuasa hukum Gubernur Jenderal saat didirikan, Kebun Raya Cibodas dilarang untuk aktivitas penebangan hutan. Sebab, pada masa awalnya pemerintah Hindia Belanda sangat gencar-gencarnya mengeksploitasi alam demi memperkaya kas Kerajaan Belanda lewat ekspor sumber daya alam.

Kebun Raya Cibodas berada di lereng Gunung Pangrango dengan luas 280 hektare. Dalam buku Sang Pelopor, Pandji menulis, Kebun Raya Cibodas ini disisihkan dan meluas hingga ketinggian 2.400 meter, sebagai 'benih' perlindungan hutan. Usulan tempat ini menjadi tempat perlindungan digagas oleh Melchior Treub, yang menjabat direktur Kebun Raya Bogor pada periode 1880-1910.

Lukisan Johannes Elias Teijsmann (1808-1882) ahli botani di Hindia Belanda, karya Eigen Haard pada 1882. Pada 1830 Teijsman menjabat Direktur Kebun Raya Bogor. Sebuah monumen untuk menghormati dedikasinya dibangun di Kebun Raya Bogor. (Public Domain)

Sijfert Hendrik Koorders, ahli botani dan rimbawan semasa Hindia Belanda menulis susunan flora, menomori dan menamai ragam pohon di Kebun Raya Cibodas. "Sebenarnya, awalanya, Dr. Koorders itu  ke Cibodas hanya untuk mendaki saja," kata Pandji. Selain penomoran, pencatatan hewan juga dilakukan oleh W.M.D van Leeuwens yang dipublikasikan 1926. 

Sebelumnya, naturalis Inggris Alfred Russel Wallace pun sempat singgah ke Kebun Raya Cibodas berkat berbagai laporan, termasuk yang dihasilkan S.H. Koorders.

"Saya mendapatkan cerita dari tukang kebun Taman Bukit Atas Cibodas yang mengelola persemaian tanaman kina dan tanaman lain," tulis Wallace yang dikutip Pandji. "Bahwa terdapat 300 spesies pakis yang telah ditemukan di gunung ini, dan saya kira juga ditemukan 500 anggrek."

Telaga Biru di jalur pendakian Cibodas di kawasan Taman Nasional Gede Pangrango. Berjarak 1,5 km dari pintu masuk taman nasional. (Warsono/National Geographic Indonesia)

"Hal tersebut membuat saya sangat penasaran untuk mempelajari. Saya berusaha mendapatkan gambar-gambar dari tanaman di gunung tersebut dan saya diberikan saran oleh Direktur Kebun Raya London untuk bertanya kepada Dr. S.H. Koorders dari Rijksmuseum di Leiden," tulis Wallace.