170 Tahun Kebun Raya Cibodas: Usaha Konservasi hingga Wisata Alam

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 11 April 2022 | 16:00 WIB
Cagar Alam (Natuurmonument) Cibodas di Gunung Gede. Kawasan ini jadi surga penelitian botani internasional untuk menengok tanaman-tanaman tropis. (KITLV)

Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis, ahli botani Belanda juga berpendapat tentang keelokan Kebun Raya Cibodas. Dalam tulisannya tahun 1972, sosok S.H. Koorders sangat berjasa untuk mempertahankan kelestarian alam, khsususnya di Kebun Raya Cibodas, lewat Asosiasi Perlindungan Alam yang dibuat pada 1912.

"Karena itu cocok sekali bila kawasan Gede-Pangrango ini dikelolah oleh Lembaga Biologi Nasional, seperti sejak masa Treub sekitar seratus tahun yang silam. 

    

Baca Juga: Tuan Treub, Sosok di Balik Keindahan Kebun Raya Bogor dan Silang Monas

Baca Juga: Kebun Raya Cibodas Kawinkan Bunga Bangkai

Baca Juga: Tugu Reinwardt Kebun Raya Bogor

Baca Juga: Telusur Riwayat Perkembangan Seni Ilustrasi Botani di Indonesia

  

Fasilitas yang tersedia adalah rumah singgah yang cukup luas dan berdampingan dengan laboratorium dan perpustakaan. Fasilitas ini didirikan pada 1891, sehingga para ahli botani yang datang bisa bekerja dan beristirahat.

Kini, sejak 2003, Kebun Raya Cibodas menjadi Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan di bawah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor yang masih dalam lingkupan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI, kini BRIN—Badan Riset Inovasi Nasional).

Saat ini statusnya juga menjadi wisata alam yang bisa dikunjungi, untuk melihat kekayaan botani di dalamnya untuk publik. Pengunjung yang datang bisa melihat penampungan rumah kaca yang menampung lebih dari 4.000 koleksi tanaman yang di antaranya adalah jenis kaktus dan anggrek.

Selain itu, sebagaimana tujuannya untuk aklimitasi tanaman luar, terdapat pohon sakura yang tumbuh subur menghiasi Kebun Raya Cibodas.