Melihat Kota Kuno Peninggalan Suku Maya di Dasar Danau Atitlan

By Maria Gabrielle, Minggu, 10 April 2022 | 09:00 WIB
Kota kuno dari peradaban Maya di dasar Danau Atitlan. (INAH)

Nationalgeographic.co.id - Danau Atitlan, Guetamala, menyimpan peninggalan menarik dari perabadan di masa lampau. Di dasar danau terdapat sisa-sisa kota dari Suku Maya berusia 2.000 tahun.

Dilansir dari Zenger News, Institut Antropologi dan Sejarah Nasional Meksiko atau INAH dalam pernyataannya mengatakan bahwa kota itu berasal dari periode Praklasik Akhir, 400 SM – 250 M. Danau Atitlan terletak di kawah gunung berapi besar di dataran tinggi barat daya Guatemala, dekat dengan Kota Panajachel.

INAH mengatakan orang-orang Maya menempati pulau yang ada di tengah danau. Kuil dan alun-alun dibangun bersama dengan rumah serta bangunan lainnya. Hanya saja, pada akhirnya kota yang dikenal dengan nama Samabaj itu terendam air.

“Air yang sama, yang memberi rezeki mulai menenggelamkannya,” jelas INAH.

Situs ini berada di kedalaman antara 12 dan 20 meter. Baik bangunan, prasasti, dan lain-lain kini telah di-geolokasi menggunakan peralatan khusus, guna menghasilkan peta planimetri baru dan penginderaan jauh dari sebagian besar danau.

“Dengan planimetri ini, kita mendapati sebuah situs yang berukuran setidaknya 200 meter kali 300 meter,” ujar Helena Barba Meinecke, kepala Kantor Semenanjung Yucatan Subdirektorat Arkeologi Bawah Air INAH.

Di bawah kepemimpinan Helena Barba Meinecke eksplorasi dimulai pada 14 Maret hingga 3 April lalu. Tujuannya untuk mempromosikan konservasi dan penghormatan bagi komunitas adat di wilayah tersebut. Para arkeolog bawah laut Guatemala tengah dilatih untuk menjaga situs tersebut dan akan bertanggung jawab untuk melanjutkan eksplorasi dan investigasi di danau tersebut.

Lebih lanjut, Danau Atitlan terbentuk di kawah gunung berapi yang meledak dalam letusan besar 84.000 tahun yang lalu. Melansir dari Ancient Originis, danau berukuran 130 kilometer persegi dari luas permukaan kawah dan kedalamannya mencapai 340 meter.

Arkeolog bawah air sedang melakukan eksplorasi situs. (INAH)

Namun, dimensinya mungkin agak berbeda di masa lalu. Para ilmuwan meyakini adanya peristiwa vulkanik lain yang sangat berdampak terjadi di wilayah tersebut sekitar 2.000 tahun yang lalu. Peristiwa ini menyebabkan gangguan seismik di dasar danau, yang menyebabkan permukaan air naik dengan cepat dan drastis.

Akibatnya, Kota Samabaj ini menghilang di bawah permukaan air. Memaksa ratusan atau ribuan penduduk mengungsi secepat mungkin.

Mengetahui lebih dalam soal Samabaj, kota ini terkonsentrasi di daerah yang relatif kecil. Namun demikian, orang-orang yang membangun kota memastikan untuk memasukkan semua karakteristik yang biasanya terkait dengan pemukiman Maya.

Pada titik ini, para peneliti tidak dapat mengatakan dengan pasti kelompok Maya mana yang membangun kompleks perkotaan. Akan tetapi mereka memiliki dua kandidat yang jelas.

 Baca Juga: Ganggang Beracun yang Menciptakan Ketidakstabilan Peradaban Maya

 Baca Juga: Unik, Suku Maya Anggap Biji Kakao Jadi Hadiah Dewa dan Mata Uang

 Baca Juga: Studi: Kekeringan Bukanlah Faktor Utama Peradaban Maya Runtuh

Ada dua kelompok orang Maya, Tz'utujil dan Kaqchikel yang tinggal di dekat danau 2.000 tahun yang lalu. Kaqchikel ini dipandang sebagai aktor sejarah yang agak berbahaya, karena mereka memilih untuk bersekutu dengan penjajah Eropa selama Penaklukan Spanyol abad ke-16.

Mereka melakukannya untuk mendapatkan dukungan Spanyol dalam perang terbaru mereka melawan musuh bebuyutan mereka, Tz'utujil dan K'iche'. Tidak mengherankan, sikap Kaqchikel tidak menghasilkan akhir yang bahagia. Para pengkhianat kaum mereka sendiri dikhianati dan akhirnya ditaklukkan oleh Spanyol, yang tidak tertarik untuk berbagi kekuasaan atau kekayaan dengan penduduk asli.

Eksplorasi di situs bawah air Danau Atitlan masih akan berlanjut. Namun INAH berencana untuk mengalihkan tanggung jawab proyek tersebut kepada para arkeolog bawah laut Guatemala. Bantuan keamanan disediakan oleh penduduk desa tepi danau Santiago Atitlán, yang telah berjanji untuk menghentikan penyelam yang tidak sah dari menjarah atau merusak situs.

Sementara itu, masyarakat nantinya berkesempatan mengunjungi Samabaj secara virtual, untuk melihat seperti apa saat dibangun.