Gali 25 Kuburan Kuno, Arkeolog Ungkap Nenek Moyang Bangsa Maya

By Ricky Jenihansen, Minggu, 10 April 2022 | 10:00 WIB
Arkeolog menggali 25 kuburan kuno di Belize. (Prufer et al.)

Nationalgeographic.co.id - Penelitian baru yang diterbitkan baru-baru ini oleh University of New Mexico mengungkapkan asal usul nenek moyang bangsa maya kuno. Para arkeolog menunjukkan bahwa sebuah situs di Belize sangat penting dalam mempelajari asal usul orang Maya kuno dan penyebaran jagung sebagai makanan pokok.

Menurut laporan penelitian tersebut, migrasi selatan ke utara mendahului munculnya pertanian intensif di wilayah Maya. Makalah tersebut telah dipublikasikan di jurnal bergengsi nature communications dengan judul "South-to-north migration preceded the advent of intensive farming in the Maya region".

Penelitian tersebut dipimpin bersama oleh arkeolog Keith M. Prufer dari University of New Mexico. Para peneliti melakukan penggalian di Belize, bersama dengan analisis DNA kuno, menunjukkan hal yang sebelumnya tidak diketahui. Mengungkapkan adanya migrasi orang-orang yang membawa jagung dari daerah Amerika Selatan ke utara ke daerah Maya yang dikenal saat ini.

Prufer dan rekan-rekannya menggali 25 kuburan kuno yang berasal dari 10.000 hingga 3.700 tahun yang lalu dari dua gua atau situs perlindungan batu yang terletak di Pegunungan Maya yang terpencil di Belize, Amerika Tengah. Situs-situs ini terletak di bawah ambang tebing batu kapur tinggi yang melindungi orang-orang yang tinggal di bawahnya dan melindungi endapan puing-puing everyday debris dan tempat penguburan selama lebih dari 7.000 tahun.

Kerangka yang digali mengungkapkan berbagai informasi DNA kuno tentang pergerakan populasi awal di Amerika. Migrasi awal orang-orang maya kuno dari utara ke selatan terjadi sekitar 9.600 hingga 7.300 tahun yang lalu. Fakta tersebut hanya menunjukkan keterkaitan yang jauh dengan Mesoamerika saat ini, termasuk populasi berbahasa Maya.

Arkeolog mengungkapkan asal usul nenek moyang bangsa Maya kuno (Prufer et al.)

Kemudian, gerakan yang sebelumnya tidak diketahui dari selatan mulai terjadi sekitar 5.600 tahun yang lalu. Hal itu membuat dampak demografis yang besar di wilayah tersebut, memberikan kontribusi lebih dari 50 persen dari nenek moyang semua individu bangsa Maya kemudian.

Menurut Prufer, nenek moyang baru ini berasal dari sumber leluhur hingga penutur bahasa Chibchan masa kini yang tinggal dari Kostarika hingga Kolombia. Lab penelitian Prufer memimpin penelitian arkeologi dan isotop penggalian ini.

"Genetik prasejarah populasi manusia di Amerika Tengah sebagian besar belum didalami, meninggalkan celah penting dalam pengetahuan kita tentang ekspansi global manusia, itulah sebabnya penelitian ini sangat menarik dan inovatif," kata Prufer dalam rilis media University of New Mexico.

Penggalian dan analisis DNA, menurut para peneliti, mendukung skenario di mana ahli hortikultura terkait Chibchan pindah ke utara ke Yucatan tenggara membawa varietas jagung yang lebih baik. Tidak hanya itu, mereka juga mungkin juga membawa ubi kayu dan cabai, dan bercampur dengan penduduk lokal untuk menciptakan tradisi hortikultura baru yang pada akhirnya mengarah pada lebih banyak bentuk pertanian jagung yang intensif di kemudian hari.

"Kami melihat migrasi orang-orang ini pada dasarnya penting untuk pengembangan pertanian dan, pada akhirnya, komunitas besar berbahasa Maya," kata Prufer.

Akhirnya konsumsi jagung meningkat hingga menjadi makanan pokok bangsa Maya. (Prufer et al.)

Para peneliti mencatat bahwa jagung menyediakan protein esensial dan energi gula, dan dapat disimpan di tempat yang kering. Begitu orang memiliki sumber pangan jagung yang dapat diandalkan, mereka cenderung bertani dan tinggal di satu tempat, yang mengarah ke komunitas yang lebih besar dan mapan.

 Baca Juga: Lewat Tinja, Ahli Singkap Perubahan Hidup Bangsa Maya di Masa Lalu

 Baca Juga: Suku Maya Pernah Memuja dan Mendewakan Kalkun, Apa Penyebabnya?

 Baca Juga: Unik, Suku Maya Anggap Biji Kakao Jadi Hadiah Dewa dan Mata Uang

Jagung tidak selalu menjadi bagian penting dari makanan orang-orang ini, kata Prufer. Migran paling awal kemungkinan mengumpulkan dan memakan tongkol kecil dari rumput yang dikenal sebagai teosinte, serta jagung domestikasi paling awal, meskipun tongkolnya sangat kecil, bersama dengan tanaman lain, kerang, dan hewan buruan.

Dengan memilih benih terbesar dan terbaik, mereka mulai menjinakkan tanaman, menumbuhkan tongkol yang lebih besar. Mereka juga semakin mengubah lanskap dan keanekaragaman hayati, sebuah proses yang kemungkinan besar terjadi di Amerika Selatan.

"Akhirnya konsumsi jagung meningkat hingga menjadi makanan pokok (bangsa Maya), seperti halnya orang Eropa yang menggunakan gandum," kata Prufer.

Penyebaran jagung tumbuh, bergerak dari selatan, utara ke populasi Maya, dan akhirnya melintasi kedua benua sehingga ketika Spanyol tiba sekitar tahun 1500 M, jagung, adalah makanan pokok setiap kelompok penduduk asli Amerika.