Apa Jadinya Masa Depan Stasiun Luar Angkasa Internasional Tanpa Rusia?

By Ricky Jenihansen, Selasa, 12 April 2022 | 16:00 WIB
Roscosmos tidak memiliki satu argumen pun untuk menyetujui proposal NASA. Jika Rusia benar-benar mengakhiri keterlibatannya di ISS, kerugian terbesar adalah kehilangan kekuatan roket yang mempertahankan ISS tetap di orbit. (Science TImes)

 

Nationalgeographic.co.id—Kepala Badan Antariksa Rusia, Dmitry Rogozin telah mengeluarkan ancaman terkait kemitraan antara Rusia dan Amerika Serikat yang membuat Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) tetap beroperasi hingga saat ini. Sanksi apa pun yang dijatuhkan Amerika Serikat dan sekutunya, disebut dapat menghancurkan kemitraan tersebut.

Ancaman tersebut telah menarik perhatian dunia. Para ahli bahkan menilai Rusia akan mengakhiri keterlibatannya di ISS paling lama setidaknya hingga 2024. Dan penarikan diri Rusia dari proyek tersebut dapat berarti bahwa ISS akan sepenuhnya bergantung pada NASA dan akan mempercepat kehancuran ISS.

"Sanksi apa pun yang dijatuhkan (kepada Rusia) sebagai akibatnya dapat "menghancurkan" kemitraan antara Rusia dan Amerika Serikat yang membuat ISS tetap beroperasi dan tetap berada di atas," kata Rozogin.

Analis luar angkasa yang berbasis di Moskow, Andrey Ionin, pekan lalu mencatat dalam sebuah artikel di surat kabar Rusia Izvestia, bahwa Rusia dapat mengakhiri keterlibatannya dalam proyek ISS pada 2024.

Bagian pertama dari stasiun ruang angkasa yang sekarang sudah tua didorong ke orbit pada 1998 dan diharapkan hanya bertahan 15 tahun. Misi ISS sejak itu telah diperpanjang, dan NASA sekarang mengusulkan untuk tetap mengorbitnya hingga setidaknya 2030.

"Tetapi dengan sanksi saat ini, Roscosmos tidak memiliki satu argumen pun untuk menyetujui proposal NASA," kata Ionin. "Sehingga perjanjian yang ada untuk bekerja sama di ISS dapat berakhir pada 2024."

Soyuz milik Rusia menyediakan kekuatan roket untuk mempertahankan orbit ISS> (NASA)

Jika Rusia benar-benar mengakhiri keterlibatannya di ISS, kerugian terbesar adalah kehilangan kekuatan roket yang mempertahankan ISS tetap di orbit. Kekuatan itu sekarang disediakan oleh ledakan mesin pesawat ruang angkasa Soyuz milik Rusia yang berlabuh di sana.

Tetapi jurnalis luar angkasa Keith Cowing yang berbasis di AS, editor NASA Watch, mengatakan kepada Live Science bahwa NASA akan segera menguji kemampuan untuk menjaga ISS di orbit menggunakan mesin pesawat ruang angkasa kargo Cygnus. Pesawat tersebut diproduksi dan diluncurkan oleh perusahaan kedirgantaraan AS Northrop Grumman, "Jadi itu bukan ancaman seperti dulu," katanya.

Sehingga, menurut Cowing, NASA dan mitra lainnya akan dapat menjaga ISS di orbit selama hampir satu dekade bahkan jika Rusia menarik diri dari proyek tersebut. Dan sejak dimulainya penerbangan pesawat ruang angkasa Cygnus and Dragon, NASA dan mitra lain dalam proyek ISS, badan antariksa Eropa (ESA), Jepang, dan Kanada, tidak lagi bergantung pada Soyuz Rusia untuk mengangkut awak dan kargo. ke stasiun luar angkasa.

Astronot Matthias Maurer dari ESA, saat berjalan di luar angkasa pada 23 Maret, memasang peralatan termal dan komponen elektronik di laboratorium yang mengorbit. (NASA)

Dia memperingatkan bahwa bahkan jika Rusia memilih untuk melanjutkan keterlibatannya, itu bisa menghadapi tekanan internasional pada kegiatannya di luar angkasa karena tindakannya di Ukraina. "Masalahnya di sini adalah bahwa mereka telah melampaui batas, dan saya tidak yakin ada orang yang benar-benar ingin bekerja dengan mereka lagi," kata Cowing.