Peneliti Ungkap Penyebab Viking Hilang secara Misterius dari Greenland

By Sysilia Tanhati, Selasa, 12 April 2022 | 07:00 WIB
Bangsa Viking adalah pelaut dan mereka membangun kapal indah yang tercatat dalam sejarah. Dimulai pada abad ke-10, suku bangsa Nordik ini tinggal di Greenland sebelum menghilang secara misterius sekitar tahun 1400-an. Apa penyebabnya? (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Di lereng berumput dekat ujung paling selatan Greenland berdiri reruntuhan gereja yang dibangun oleh Viking. Diperkirakan ini sudah ada lebih dari satu abad sebelum Columbus berlayar ke Amerika.

Dinding blok granit tebal masih utuh meski atap kayu serta pintu runtuh dan membusuk sejak lama. Sekarang domba datang dan pergi sesuka hati, mengunyah rumput liar di tempat di mana Viking berlutut untuk berdoa.

Orang Viking menyebut fiord ini Hvalsey, yang berarti ‘Pulau Paus’ dalam bahasa Nordik Kuno.

Menghilang secara misterius dari Greenland

Dimulai pada abad ke-10, suku bangsa Nordik ini tinggal di Greenland sebelum menghilang secara misterius sekitar tahun 1400-an.

“Para ahli telah lama berpendapat bahwa ini disebabkan oleh perubahan suhu yang dramatis. Cuaca dingin dan buruk membuat kondisi kehidupan menjadi sulit,” lapor Colin Barras dari Science.

Sekarang penelitian baru yang diterbitkan bulan lalu di Science Advances menunjukkan bahwa kekeringan mungkin menjadi penyebabnya.

Permukiman Viking di selatan Greenland didirikan pada tahun 985 M, berlangsung hingga sekitar tahun 1450 M. Pada puncaknya, permukiman itu memiliki populasi lebih dari 2.000 jiwa. “Saat itu Greenland dipenuhi dengan padang rumput hijau untuk menggembalakan ternak,” ungkap Barras.

Sanggahan terhadap teori suhu dingin yang jadi penyebab Viking mengungsi

Para ilmuwan sebelumnya percaya bahwa Zaman Es Kecil membuat pertanian di wilayah itu hampir mustahil. Ini mendinginkan suhu di wilayah Atlantik Utara antara tahun 1300 dan 1850. Namun, peneliti Universitas Massachusetts Amherst dan Universitas di Buffalo berpendapat bahwa tidak ada bukti nyata untuk teori ini.

Sebabnya, data yang digunakan untuk mendukung gagasan itu diambil dari kumpulan inti es yang terletak sekitar 960 km dari permukiman. Tempat itu memiliki ketinggian 2.000 meter lebih tinggi. Selain itu, sangat tidak mungkin bahwa suhu telah berfluktuasi banyak di daerah yang dihuni suku bangsa Nordik selama waktu itu, menurut pernyataan UMass Amherst.

"Sebelum penelitian ini, tidak ada data dari situs sebenarnya dari permukiman Viking. Dan itu menjadi masalah," kata rekan penulis studi Raymond Bradley, seorang profesor geosains UMass Amherst. "Kami ingin mempelajari bagaimana iklim bervariasi di dekat peternakan suku itu sendiri."

Sempat menetap selama 450 tahun, Viking kemudian menghilang secara misterius dari Greenland. (Ray Swi-hymn/Wikipedia)

Penelitian sampel tanah

Tim menghabiskan tiga tahun mengumpulkan sampel tanah dari Danau 578. Danau ini letaknya dekat lokasi kelompok pertanian terbesar di Permukiman Timur. “Dari analisis itu, peneliti mampu melukiskan gambaran rekor iklim daerah tersebut selama 2.000 tahun terakhir,” tambah Bradley.

Untuk melakukan ini, para peneliti memeriksa sampel danau untuk penanda yang dapat membantu merekonstruksi seperti apa iklim di pemukiman itu. Para ilmuwan pertama-tama menganalisis lipid di dalam tanah, yang disebut BrGDGT. Lipid ini diproduksi oleh bakteri dan membantu dalam mengidentifikasi suhu historis. Penanda kedua berasal dari tanaman dan rerumputan yang membusuk, dan lapisan lilin di atasnya. Dari tanaman dan rerumputan itu peneliti dapat mengetahui seberapa kering kondisi saat keduanya tumbuh.

"Tidak ada yang benar-benar mempelajari lokasi ini sebelumnya," kata penulis utama studi Boyang Zhao. Penelitian itu menemukan bahwa udara menjadi semakin kering dari waktu ke waktu.

Bangsa Viking memanfaatkan musim dingin yang keras dengan melengkapi hasil panen yang rendah dengan makanan dari laut. “Selain itu, mereka juga memperdagangkan barang-barang untuk buah-buahan dan kayu kering,” lapor Mike McRae dari Science Alert.

Petani Nordik membutuhkan pasokan rumput kering dalam jumlah besar untuk memberi makan ternak selama musim dingin. Bahkan dalam kondisi normal, pada musim semi, ternak akan terlalu lemah untuk bergerak. Begitu salju mencair, mereka harus membawa ternaknya ke padang rumput.

  

Baca Juga: Menulis Ulang Buku Sejarah: Mengapa Viking Meninggalkan Greenland?

Baca Juga: Bluetooth Berasal dari Nama Raja Viking yang Mati Seribu Tahun Lalu

Baca Juga: Menyingkap Jejak Viking di Kepulauan Terpencil Samudra Atlantik

Baca Juga: Badai Matahari Ungkap Bangsa Viking Sudah di Amerika Sebelum Columbus

  

Science Alert mencatat bahwa kondisi Greenland yang sudah menantang akan membuat kekeringan menjadi lebih sulit untuk bertahan hidup. Keterpencilan dan kesulitan untuk memperoleh makanan dapat memengaruhi ikatan sosial dan ukuran keluarga. Nilai gading walrus gading yang digunakan untuk berdagang pun makin menurun. Ini disebabkan oleh meluasnya perdagangan gading gajah.

Menurut Owen Jarus yang dilansir dari laman Live Science, “sebagian besar ahli mendukung temuan baru ini. Namun, beberapa orang mempertanyakan klaim tim bahwa kekeringan yang berkepanjangan berdampak besar pada pemukiman.”

“Pasalnya, penelitian tidak menunjukkan bahwa pengeringan berada pada skala yang akan menghasilkan pengurangan biomassa yang dapat digunakan secara signifikan. Jadi masih harus ditunjukkan sejauh mana tren kekeringan bisa menjadi masalah aktual untuk pertanian," tutur Orri Vésteinsson, seorang profesor arkeologi di Universitas Islandia.

Kevin Smith, peneliti senior di Universitas Brown, menuturkan bahwa catatan sejarah menunjukkan, antara 1402 dan 1404, sebuah epidemi menyebar ke seluruh Islandia. Epidemi yang kemungkinan wabah pes ini menewaskan hampir setengah populasi. Peristiwa ini mungkin mendorong Viking untuk pindah ke Islandia yang kondisinya lebih baik untuk pertanian.