Alfombra, Tradisi Lama Penuh Warna Warga Antigua Sambut Semana Santa

By Sysilia Tanhati, Kamis, 14 April 2022 | 13:00 WIB
Warga Antigua menggunakan semua bahan yang mereka miliki untuk menciptakan karpet. Untuk desain yang rumit, ini dikerjakan selama berhari-hari. (EpiKzo/Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Saat cahaya pagi pertama menerpa jalan-jalan berbatu di Antigua, Guatemala, penduduk setempat keluar dari rumah. Mereka membawa keranjang penuh kelopak bunga, daun palem, dan serbuk gergaji yang diwarnai.

Semana Santa atau Pekan Suci merupakan perayaan penting umat Nasrani yang dimulai pada Minggu Palma dan berakhir pada Paskah. Penduduk Antigua merayakannya dengan cara unik. Menggunakan bahan yang diambil langsung dari alam, mereka mengubah jalanan menjadi permadani warna-warni. Masyarakat Antigua menyebutnya sebagai ‘alfombra de Aserrin’.

Tradisi penuh warna telah menjadi bagian penting dari warisan budaya Antigua selama berabad-abad,” ungkap Jennifer Nalewicki dilansir dari laman Smithsonian Magazines.

Pertama kali diperkenalkan pada 1524, ketika conquistador Spanyol melakukan perjalanan dari Meksiko untuk menyerang Guatemala. Saat itu, para prajurit membawa tradisi pembuatan permadani penuh warna ini.

Namun sebenarnya akar dari tradisi ini membentang lebih jauh ke Santa Cruz de Tenerife, ibu kota Kepulauan Canary. Di sana, tradisi kuno ini merupakan bagian dari Pesta Corpus Christi. Ini adalah sebuah perayaan Katolik Roma untuk menghormati kehadiran Yesus Kristus dalam Ekaristi Kudus.

Penduduk Antigua membuat permadani yang lebih rumit, detail, dan penuh warna. Dibutuhkan waktu berhari-hari untuk menyelesaikan permadani yang membentang di sepanjang kota ini.

Solidaritas penduduk non Katolik

Selama bertahun-tahun, tradisi keagamaan turut dimeriahkan oleh mereka yang bukan beragama Katolik. Anda tidak harus menjadi seorang Katolik untuk membuat permadani, semua orang terlibat dalam kemeriahan ini.

“Awalnya, penduduk hanya membuat permadani yang sederhana saja. Tetapi sekarang, permadani itu semakin besar dan menjadi tulang punggung tradisi budaya Antigua,” kata Elizabeth Bell, pendiri Antigua Tours.

Bell memperkirakan bahwa selama Semana Santa ratusan permadani dipajang di seluruh kota. “Seluruh warga akan membuatnya dengan semua bahan organik yang mereka miliki,” tutur Bell.

Tidak jarang orang membuat gambar Yesus Kristus di kayu salib dan menceritakan kembali kisah Sengsara Kristus. Anda juga akan menemukan motif non-religius seperti burung, binatang, dan karangan bunga.

Seiring berjalannya waktu, tradisi keagamaan ini dimeriahkan oleh semua warga, termasuk warga non Katolik. (GuateRob/Wikipedia)

Salah satu bahan yang paling populer untuk digunakan adalah serbuk gergaji aneka warna. Orang-orang akan membeli persediaan di pasar lokal atau menggunakan bunga yang dipetik dari kebun.

Bell bahkan menggunakan kelopak bugenvil yang diambil dari kebunnya. Bunga yang digunakan bergantung dari apa yang sedang mekar saat itu.

Untuk karya seni terbesar, penduduk Antigua bahkan merencanakan desain tersebut selama berbulan-bulan sebelumnya. Mereka bekerja dalam kelompok besar untuk menggelar permadani tepat waktu.

Pembuatan permadani

Untuk membuat permadani, air pertama disemprotkan ke permukaan jalan untuk membersihkan puing-puing, debu atau kotoran. Jika jalan yang digunakan berupa bebatuan bulat, celah-celah akan diisi dengan pasir atau serbuk gergaji yang tidak diwarnai. “Tujuannya untuk menciptakan permukaan rata,” ungkap Nalewicki.

Beberapa seniman menggunakan stensil karton untuk membuat pola dan desain yang rumit. Mereka juga menggunakan papan kayu panjang yang membentang di atas karya seni agar tidak mengganggu pekerjaan yang telah mereka lakukan.

Setelah selesai, ribuan orang akan bergabung dengan prosesi Semana Santa yang melintasi jalan-jalan kota. Prosesi ini biasanya dimulai di dalam salah satu gereja lokal sebagai bagian dari velaciones atau vigili suci.

    

Baca Juga: Alexo de Castro: Orang Maluku yang Ditahan di Meksiko karena Agama

Baca Juga: Histori Sirakusa: Kota Suci bagi Pusat Perkembangan Kristen di Romawi

Baca Juga: Akhir Pax Romana, Kebangkitan Kristen dan Runtuhnya Kekaisaran Romawi

  

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, beberapa acara ditiadakan dan prosesi dibuat lebih singkat. Namun, warga masih dapat menikmati beragam parade dan pertunjukan musik.

Beberapa rute prosesi dan parade dipublikasikan. Sementara rute lain menjadi kejutan manis bagi penduduk. Mereka yang mendapatkan ‘kejutan’ akan membuat permadani dengan segera menggunakan bahan apa pun yang ada. Ini dilakukan dengan segera setelah mereka mendengar suara orang banyak mendekati rumah.  

“Seringkali permadani selesai beberapa saat sebelum orang banyak menginjakkan kaki di atasnya,” kata Bell. Permadani dimaksudkan untuk menjadi fana dan menampilkan ekspresi artistik dari sang artis.

Setelah kerumunan berlalu, truk sampah dan penyapu membersihkan sisa permadani, mendaur ulangnya menjadi kompos.

“Dalam 20 menit, semuanya dibersihkan. Anda bahkan tidak akan tahu apa yang pernah ada di permukaan tanah,” tambahnya. Ini mempersiapkan permukaan yang bersih untuk menciptakan permadani baru keesokan harinya.

Perayaan tahun ini sangat istimewa. Ini menjadi pertama kalinya dalam dua tahun Antigua mengadakan acara formal untuk Semana Santa. Tentunya karena pandemi COVID-19, Antigua sempat absen menjalankan tradisi ini.