Apakah Gaya Hidup Vegan adalah Solusi untuk Perubahan Iklim?

By Utomo Priyambodo, Kamis, 21 April 2022 | 08:00 WIB
Tidak perlu menjadi seorang vegan atau vegetarian, perubahan kecil pada isi piring berpengaruh besar pada kesehatan dan bumi. (Anna Pelzer/Unsplash)

Pada tahun 2050, perubahan ke gaya hidup vegan seharusnya bisa membebaskan jutaan kilometer persegi tanah dan memangkas emisi karbon dioksida sebesar 8 miliar ton per tahun. Sementara itu, makan daging atau makanan laut hanya sebulan sekali dapat mengurangi emisi hingga hampir 6 miliar ton per tahun, dan pola makan "fleksitarian" –menggantikan tiga perempat konsumsi daging dan susu dengan alternatif nabati– dapat menghemat emisi lebih dari 5 miliar ton.

Menurut Smith, veganisme global "akan mengurangi 14 persen emisi [gas rumah kaca] global—dan membebaskan lahan untuk menyerap karbon—jadi mungkin lebih.”

Tentu saja, tidak mungkin seluruh populasi dunia akan beralih menjadi vegan. Namun, kata IPCC, setiap hal kecil membantu dalam hal membuat pilihan makanan yang lebih berkelanjutan.

"Jika perlu, pergeseran ke pola makan dengan porsi protein nabati yang lebih tinggi, asupan makanan sumber hewani yang moderat dan pengurangan asupan lemak jenuh dapat menyebabkan penurunan substansial dalam emisi gas rumah kaca," bunyi laporan terbaru.

"Manfaatnya juga akan mencakup pengurangan pendudukan lahan dan hilangnya nutrisi ke lingkungan sekitarnya, sementara pada saat yang sama memberikan manfaat kesehatan dan mengurangi kematian akibat penyakit tidak menular yang berhubungan dengan pola makan."

Smith menegaskan bahwa gaya hidup vegan bukanlah peluru ajaib untuk masalah perubahan iklim, “tetapi itu bisa memberikan kontribusi besar.”