Bagaimana Blok-blok Tjipetir Bisa Bermunculan di Pantai-pantai Eropa?

By Utomo Priyambodo, Jumat, 22 April 2022 | 16:00 WIB
Produksi blok-blok Tjipetir atau pelat-pelat Gutta-percha di Jawa Barat pada akhir abad 19. (Tropenmuseum)

Nationalgeographic.co.id—Seorang wanita sedang berjalan di sepanjang pantai di Cornwall, Inggris pada tahun 2012, ketika dia secara kebetulan melihat sebuah tablet gelap di pasir. Pada pemeriksaan lebih dekat dia melihat benda bertentuk persegi itu tertulis dengan kata aneh, tapi mengabaikan penemuannya tersebut.

Namun demikian, beberapa minggu kemudian dia menemukan tablet lain di sebuah pantai yang berbeda. Tanpa menyadarinya pada saat itu, dia menemukan sebuah fenomena yang telah dialami oleh orang-orang lain di seluruh Eropa selama beberapa dekade yang dikenal sebagai misteri blok-blok Tjipetir.

Tidak mengetahui bagaimana lempengan-lempengan seperti karet itu bisa muncul di berbagai pantai, dan bingung dengan kata yang ditusukkan ke dalamnya –TJIPETIR– penjelajah pantai Tracey Williams memulai beberapa penelitian tentang asal-usul blok-blok karet yang gelap tersevut. Pada penyelidikan lebih lanjut, Williams menemukan bahwa Tjipetir adalah sebuah desa di Jawa Barat, Indonesia.

Blok Tjipetir yang terdampar di pantai-pantai Eropa. (Tom Quinn Williams / Tjipetir Mystery Facebook page)

Sekarang bernama Cipetir, dulunya desa itu merupakan lokasi perkebunan Gutta-percha selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. "Pelat-pelat" Gutta-percha itu dibuat dari getah pohon Palaquium.

Zat lateks karet berwarna gelap itu digunakan secara luas dalam pembuatan barang-barang seperti mainan, bola golf, gigi palsu, perangkat bedah, perhiasan, furnitur, dan merupakan kunci dalam pengembangan kabel telegraf bawah air. Di Malaysia, penduduk asli biasa menggunakan kayu dan getah pohon untuk membuat gagang pisau dan tongkat jalan jauh sebelum diadaptasi oleh dunia Barat.

Selama beberapa dekade, orang-orang telah menemukan lempengan-lempengan bertulisan Tjipetir terdampar di pantai-pantai di Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol, Belanda, dan Swedia. Tetapi pertanyaannya tetap: bagaimana lempengan-lempengan itu bergerak dari Indonesia ke pantai-pantai Eropa?

Tracey Williams dengan blok-blok Tjipetir yang ditemukannya. (Tom Quinn Williams / Tjipetir Mystery Facebook)

Jawabannya masih belum pasti. Namun diperkirakan bahwa blok-blok itu mungkin telah tumpah ke laut pada tahun 1912, karena kapal karam yang terkenal, Titanic. Kapal itu diketahui membawa tablet-tablet Gutta-percha dan bal karet sebagai terdaftar di manifes kargo kapal laut tersebut.

Atau, tablet-tablet itu mungkin berasal dari kapal lain yang tenggelam, kapal penumpang Jepang bernama Miyazaki Maru. Miyazaki Marum, sebagaimana dilansir Ancient Origins, dikatakan telah membawa pelat-pelat karet dari Yokohama ke London, tetapi ditenggelamkan oleh torpedo kapal selam Jerman pada Mei 1917. Pada kenyataannya, pelat-pelat tersebut masih bisa berasal dari sejumlah bangkai kapal, lalu mengambang ke permukaan dan terbawa arus ke pantai.

Baca Juga: Misteri Tjipetir dari Sukabumi Terpecahkan

Baca Juga: Fosil Megalodon dan Hewan Laut Purba Lainnya Ditemukan di Sukabumi

Baca Juga: Cerita Kuli Perkebunan di Balik Kubah Lonceng Megah AVROS Medan

   

Karena dibutuhkan sekitar 25 tahun untuk puing-puing itu mengambang untuk mengelilingi dunia melalui arus, mungkin terbukti mustahil untuk mengkonfirmasi kebenaran asal-usul blok Tjipetir, yang sekarang telah berada di laut selama lebih dari satu abad. Karena blok-blok Tjipetir adalah produk alami, seiring waktu blok-blok tersebut akan terdegradasi dan akhirnya kembali ke alam.

Pelat-pelat Gutta-percha ini tidak dianggap hanya sebagai sampah oleh mereka yang cukup beruntung untuk menemukannya. Blok-blok dari pabrik Tjipetir ini sangat dihargai oleh pemilik baru mereka. Potongan-potongan sejarah yang tidak biasa ini dijelaskan oleh Marina de Jesus di halaman Facebook Komunitas Misteri Tjipetir sebagai "hadiah luar biasa dari lautan."

Tidak diragukan lagi lempengan-lempengan itu akan terus diambil dari pantai oleh mereka yang penasaran, dan akan menyatukan orang-orang dalam sejarah. Namun banyak blok Tjipetir akan tetap belum ditemukan, mengarungi lautan dan sesekali hanyut ke darat, hanya untuk kembali ke perairan oleh tarikan air pasang.