Arkeolog Mengungkap Rahasia Karya Seni Budaya Prasejarah Magdalenian

By Ricky Jenihansen, Minggu, 24 April 2022 | 09:00 WIB
Rekonstruksi penggunaan api dalam pembuatan karya seni kuno Magdalenian. (Needham et al.)

Nationalgeographic.co.id - Koleksi batu berukir di British Museum yang dikenal sebagai ornamental plakat telah lama menarik perhatian para arkeolog. Karya seni itu telah lama dianalisis para ahli untuk mengetahui bagaimana seni batu berukir itu dibuat sekitar 15.000 tahun yang lalu. Terdapat 50 batu berukir dalam koleksi tersebut yang didapat dari penggalian di Prancis.

Ukiran tersebut kemungkinan dibuat menggunakan alat-alat batu oleh orang Magdalenian, budaya pemburu-pengumpul awal yang berasal dari antara 23.000 dan 14.000 tahun yang lalu. Era Magdalenian merupakan era perkembangan seni awal, dari seni gua dan dekorasi alat dan senjata hingga ukiran batu dan tulang.

Sekarang, studi baru dari Universities of York and Durham menunjukkan bahwa batu tersebut diukir dekat dengan cahaya api yang berkedip-kedip. Deskripsi ilmiah studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal PLOS ONE dengan judul "Art by firelight? Using experimental and digital techniques to explore Magdalenian engraved plaquette use at Montastruc (France)" baru-baru ini.

Semenjak penemuannya, para arkeolog telah bereksperimen dengan mereplikasi batu-batu tersebut menggunakan model 3D dan perangkat lunak virtual reality. Tujuannya untuk merekonstruksi bagaimana seniman prasejarah melihat karya seni kuno tersebut. Menurut para arkeolog, batu-batu tersebut memiliki pola kerusakan panas yang menunjukkan bahwa mereka diukir dekat dengan cahaya api, seperti api unggun.

Karya seni ukir prasejarah budaya Magdalenian. (DEA / G. DAGLI ORTI)

Para peneliti mengidentifikasi pola kerusakan panas merah muda di sekitar tepi beberapa batu, memberikan bukti bahwa mereka telah ditempatkan di dekat api. Menurut para peneliti, ukiran tersebut dibuat di bawah kondisi cahaya api unggun dan dengan garis-garis putih yang kemudian yang akan diukir oleh para pengukir saat pertama kali memotong batu itu ribuan tahun yang lalu.

Penulis utama studi tersebut, Dr. Andy Needham dari Departemen Arkeologi di University of York dan Co-Direktur Pusat Penelitian Arkeologi Eksperimental York mengatakan dalam rilis media University of York: "Sebelumnya telah diasumsikan bahwa kerusakan akibat panas yang terlihat pada beberapa plak kemungkinan besar telah disebabkan oleh kecelakaan, tetapi percobaan dengan plakat replika menunjukkan kerusakan lebih konsisten dengan sengaja diposisikan dekat dengan api."

 Baca Juga: Temuan Besi dari 2.000 tahun Silam di Swedia Ubah Pemahaman Sejarah

 Baca Juga: Bagaimana Manusia Kuno Menyimpan Makanan Sebelum Kulkas Diciptakan?

 Baca Juga: Aksi Menelan Pedang: Seni Kuno Berusia Ribuan Tahun yang Jadi Populer

"Di zaman modern, kita mungkin menganggap seni diciptakan di atas kanvas kosong di siang hari atau dengan sumber cahaya tetap, tetapi sekarang kita tahu bahwa orang-orang 15.000 tahun yang lalu menciptakan seni di sekitar api di malam hari, dengan bentuk dan bayangan yang berkedip-kedip."

Menurut para peneliti, bekerja di bawah kondisi ini akan memiliki efek dramatis pada cara orang prasejarah mengalami penciptaan seni. "Ini mungkin telah mengaktifkan kapasitas evolusioner yang dirancang untuk melindungi kita dari pemangsa yang disebut "Pareidolia," di mana persepsi memaksakan interpretasi yang bermakna seperti bentuk binatang, wajah, atau pola yang tidak ada," kata Needham.