Nationalgeographic.co.id—Lebih dari 2.000 tahun lalu, ketika masyarakat pertanian di Asia Barat dan Eropa Timur mulai mengenal besi, rupanya seiring dengan masyarakat pemburu-pengumpul di kawasan yang jauh di utara sekitar Arktik. Kepandaian mereka mengasah logam masyarakat di utara ini bisa dibilang sama majunya.
Hal itu dibuktikan dengan temuan tungku kuno pada lubang api di dua situs timur laut Swedia. Tungku itu digunakan masyarakat pemburu-pengumpul digunakan untuk pengerjaan logam, yang kemungkinan untuk senjata berburu mereka.
Carina Bennerhag, arkeolog dari Lulea University of Technology melakukan penggalian di situs pertama di Sangis. Tungku yang ditemukan digunakan untuk peleburan besi berbentuk persegi panjang, yang terdiri dari kerangka lempengan batu dengan satu sisi terbuka.
Sebuah poros tanah liat dibangun di dalamnya, dan sebagian pada sisinya. Lubang-lubang di sisi ini berfungsi sebagai saluran masuk untuk udara yang ditiupkan pada pada arang yang terbakar di dalamnya, mungkin lewat sesuatu penghembus yang ditempatkan di atas batu datar, terangnya.
Dalam laporan yang ditulisnya bersama tim di jurnal Antiquity yang terbit Desember 2021, menuliskan usianya yang berasal dari 200 dan 50 SM, lewat penanggalan radiokarbon. Ini menunjukkan peradaban di sekitar yang masih menjadi pemburu-pengumpul itu sudah pandai memproduksi besi.
Di Sangis juga ditemukan temukan tembikar dan bahan lainnya yang diketahui berasal dari 500 SM hingga 900 Masehi. Temuan lain itu termasuk banyaknya tulang ikan, dan tiga lubang api yang memiliki jejak penggunaan tungku yang dipanaskan dan membuat besi.
Sementara logam yang diproduksi adalah yang terbuat dari besi dan dan baja, perunggu yang ditemukan pada sejenis sabuk, dan limbah logam dengan tetesan tembaga di permukaannya. Ini menunjukkan, jelas Bennerhag dan tim, ada banyak jenis logam berbeda yang diproduksi di sini.
Pada mata sabuk perunggu itu, tim mengatakan, gaya dekoratifnya menyerupai benda logam yang ditemukan di situs pemburu-pengumpul di sekitar Rusia barat laut yang berasal dari dari 2.300 tahun silam.
Penggunaan logam juga tampak terampil pada masyarakat pemburu-pengumpul Sangis, seperti pisau yang lempengannya telah dilas dengan orang yang ahli. Bahkan, salah satu benda logam yang ditemukan dengan produksi terampil itu, meningkat kekuatannya setelah melewati dua jenis proses pemanasan.
Baca Juga: Situs Pulau Ampat, Peradaban Besi yang Tenggelam di Dasar Danau Matano
Sementara itu, penggalian di Vivungi yang terletak lebih utara dari Sangis, para peneliti menemukan sisa-sisa dua tungku peleburan besi yang mengandung bijih besi. Di sana ada barang produksi sampingan berbahan besi dan pecahan lapisan dinding keramik, tetapi tidak ditemukan bukti adanya lubang api tempat besi dimurnikan atau ditempa lebih lanjut.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR