Histori Kengerian Imbas dari Laut Jepang yang Tercemar Merkuri

By Galih Pranata, Minggu, 24 April 2022 | 12:00 WIB
Seorang wanita memegang korban keracunan merkuri, di Minamata, Jepang, dalam foto tahun 1973. (SF Gate/Associated Press)

Kondisinya kemudian disebut acrodynia, atau ujung yang menyakitkan. Dinamai demikian karena tangan dan kaki penderitanya yang sakit. Akan tetapi pada tahun 1921, istilahnya lebih dikenal sebagai Penyakit Pink atau Pink's Disease.

 Baca Juga: Para Ahli Temukan Bukti Paling Awal Manusia Keracunan Merkuri

 Baca Juga: Lapisan Es Greenland Melepaskan Merkuri Berkadar Tinggi ke Sungai

 Baca Juga: Busa Putih Beracun Mencemari Pantai di India, Apa Bahayanya?

Memang, bencana lingkungan yang melanda Minamata tidak pernah benar-benar berhenti, meskipun sebagian besar merkuri telah dikeruk dari teluk yang menghadap ke Laut Shiranui, daerah penangkapan ikan masih sangat tercemar dan para nelayan, yang banyak menjadi korban, sudah tiada.

"Populasi Minamata telah menurun sepertiga, menjadi kurang dari 35.000, dan sebagian besar dari mereka yang tersisa adalah orang tua," tambahnya.

Para pemuda yang pindah ke kota-kota setelah lulus dari sekolah menengah, mengatakan bahwa mereka berusaha keras untuk menyembunyikan asal-usul mereka karena di tempat lain di Jepang, penduduk Minamata sering dianggap "tercemar."

"Anda tidak bisa mendapatkan posisi di perusahaan jika orang tahu Anda berasal dari Minamata," kata Tsuginori Hamamoto kepada New York Times.