Nationalgeographic.co.id—Dalam catatan sejarah klasik, bentuk cacar yang paling umum dapat membunuh mungkin 30% korbannya, sementara membutakan dan merusak banyak organ lainnya.
Akan tetapi, efeknya bahkan lebih buruk di Amerika, peradaban-peradaban di era klasik yang terjangkiti virus (cacar) sebelum kedatangan penjajah dari Spanyol dan Portugis.
"Cacar menghancurkan suku Inca bahkan sebelum Francisco Pizarro sampai di sana, membuat kekaisaran tidak stabil dan siap untuk ditaklukkan," tulis Jesse Greenspan.
Greenspan menulis kepada History dalam artikelnya yang berjudul "The Rise and Fall of Smallpox: Take a look back at the history of the pernicious disease", dipublikasi pada 7 Mei 2015.
Sejatinya, wabah cacar diyakini pertama kali menginfeksi manusia sekitar waktu pemukiman pertanian paling awal—sekitar 12.000 tahun yang lalu.
Namun, tidak ada bukti yang bertahan hidup sebelum munculnya Kerajaan Mesir Baru, yang berlangsung dari sekitar 1570 SM hingga 1085 SM.
"Beberapa mumi dari era itu mengandung lesi kulit yang tampak familier. Ramses V, misalnya, yang memerintah selama kira-kira empat tahun pada abad ke-12 SM," tambahnya.
Sang mumi tampak memiliki tonjolan-tonjolan yang menonjol di wajah dan tubuhnya yang dinamakan cacar atau smallpox (berasal dari kata Latin yang bermakna berbintik).
Selain itu, gulungan papirus Mesir kuno secara singkat menjelaskan apa yang bisa menjadi cacar, seperti halnya tablet tanah liat Het. Orang Het, yang tinggal di Timur Tengah, bahkan menuduh orang Mesir menginfeksi mereka selama perang antara dua kerajaan.
Banyak sejarawan berspekulasi bahwa cacar juga menyebabkan kehancuran di Yunani akibat Wabah Athena pada tahun 430 SM. Ada juga Wabah Antonine pada tahun 165 hingga 180 M.
"Cacar itu yang kemudian menewaskan sekitar 3,5 juta hingga 7 juta orang, termasuk Kaisar Marcus Aurelius, dan mempercepat keruntuhan Kekaisaran Romawi," imbuh Greenspan.
Baca Juga: Alih-alih Senjata atau Tentara, Cacar Meluluhlantakkan Suku Aztec