Batu Demarkasi Kaisar Claudius dari Romawi Berusia 2.000 Tahun

By Galih Pranata, Selasa, 26 April 2022 | 12:00 WIB
Prasasti lempengan batu kapur sebagai penanda batas wilayah atau demarkasi Roma atas Claudius. (Sovrintendenza Roma)

Nationalgeographic.co.id—Untuk pertama kalinya dalam 100 tahun, para arkeolog Italia telah menemukan cippus langka, atau batu demarkasi, yang digunakan untuk menggambarkan perbatasan Roma kuno.

"Para peneliti menemukan batu itu pada bulan Juni (2021) saat melakukan penggalian sebelum pembangunan sistem pembuangan kotoran di bawah Mausoleum Augustus," tulis Meilan Solly.

Solly menulis dalam artikel yang berjudul Rare Boundary Stone Dated to Emperor Claudius’ Reign Unearthed in Rome yang dipublikasi Smithsonian Magazine pada 4 Agustus 2021.

Batu berukir itu adalah salah satu dari sekitar 140 yang dipasang oleh Claudius untuk menandai pomerium Roma, sebuah ruang suci di mana konstruksi, pertanian, dan pertempuran dilarang di sana.

"Menurut Museum Vatikan, yang menampung cippus berbeda yang berasal dari masa pemerintahan Claudius, perbatasan memisahkan Roma dari wilayah sekitarnya, membagi tanah menjadi kota yang tepat yang lebih luas," imbuhnya.

Di lokasi asli tempat penemuannya, diperkirakan batu pembatas itu dipasang sekitar 2.000 tahun yang lalu —lempengan travertine telah dipindahkan ke Museum Ara Pacis, di mana artefak itu dapat dilihat di samping patung replika Claudius.

Seiring waktu, perbatasan Roma bergeser melampaui pomerium aslinya. Claudius, yang memerintah dari tahun 41 hingga 54 M, melakukan perluasan batas kota yang signifikan.

Peta perbatasan Roma pada zaman Augustus. Pomerium ditandai dengan warna merah muda. (Wikimedia Commons)

Diperkirakan, kaisar telah menciptakan ulang batas untuk menggabungkan Bukit Aventine, salah satu dari tujuh bukit terkenal di Roma.

"Tujuan (Claudius) bukanlah untuk meningkatkan ruang sipil Roma, melainkan untuk merayakan perluasan Kekaisaran Romawi itu sendiri," kata Lisa Marie Mignone, seorang sarjana studi klasik di Universitas New York kepada Smithsonian Magazine.

Menurut Lisa, secara topografis dan luas demarkasi atau batas wilayah bertujuan untuk memamerkan kemegahan Romawi melalui perluasan baru batas-batas Kekaisaran Romawi.

Sebagai pengakuan atas pencapaian terbaik militernya (yang paling signifikan, yaitu penaklukan Inggris pada tahun 43 M), sang kaisar membuat setiap batu demarkasi atau batas wilayah bertuliskan sama: Claudius.

Adapun pesan dalam batu juga bertuliskan, "memperpanjang dan mendefinisikan kembali pomerium karena dia telah meningkatkan batas-batas orang Romawi."

  

Baca Juga: Mengenal Messalina, Istri Kaisar Romawi Claudius yang Hobi Selingkuh

Baca Juga: Agrippina: Permaisuri Kaisar Romawi yang Rela Dibunuh Anaknya Sendiri

Baca Juga: Kaisar Romawi Nero: Apakah Dia Layak Mendapat Reputasi Pria Nakal?

Baca Juga: Misteri Hilangnya Romulus Pendiri Roma: Dibunuh atau Naik ke Surga?

   

Batu pembatas itu juga merupakan penggambaran cara sakral penduduk Roma untuk tidak sembarangan melakukan tindakan yang ceroboh di tempat-tempat yang disucikan.

"Bagian dari temuan arkeologis ini menjadi bagian tambahan untuk menjawab teka-teki tentang pemahaman masyarakat akan Romawi kuno," ungkap Parisi Presicce, direktur Museum Arkeologi Roma.

Claudius telah menciptakan perbatasan baru yang lebih luas, mencakup Campus Martius, atau Field of Mars, yang memiliki banyak bangunan umum, termasuk Mausoleum Augustus.

Satu per satu, puzzle batu pembatas Claudius akhirnya ditemukan, dan penemuan penting ini terus menggenapi bukti arkeologis lainnya yang terakhir ditemukan pada 1909.