Mencair Lebih Cepat! Ancaman Antarktika Muncul dari Bawah Gletser

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 27 April 2022 | 08:00 WIB
Mencairnya es di gletser Thwaites bertanggung jawab atas kenaikan permukaan laut dunia. (NASA)

Nationalgeographic.co.id—Kita sering mengira ancaman terhadap gletser Antarktika berasal dari langit, matahari yang terik-teriknya memicu pelelehan dan iklim udara yang makin memanas. Tetapi, berbagai hal yang patut Anda ketahui, ancaman itu juga muncul dari bagian bawah Kutub Selatan.

Gletser adalah lapisan es yang berada di daratan, dan bagian es yang mengambang di laut disebut rak es. Di antara keduanya, tempat di mana es terangkat, disebut garis landasan. Garis landasan inilah yang menjadi mengkhawatirkan bagi ilmuwan, karena belakangan jaraknya makin mundur lebih cepat dari yang diperkirakan ilmuwan.

Januari 2022, para peneliti menerbitkan makalah di jurnal Nature Geoscience. Mereka melihat bagaimana Gletser Thwaites di Antarktika Barat yang luasnya hampir setara Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara itu, menjadi kunci utama pelelahan, sebagaimana yang dilaporkan sebelumnya.

Tetapi, model pencairan gletser itu tidak memperhitungkan fenomena yang disebut pemompaan pasang-surut. Setiap kali air pasang naik, ia mengangkat rak es Thwaites ke atas, memungkinkan air laut yang relatif hangat mengalir ke hulu di bawah gletser. Hal itu mendorong pencairan di sepanjang bawah tanah Kutub Selatan dan membuat lapisan es lebih rentan untuk patah.

"Artinya, air hangat yang ada di dasar gletser dapat menyusup hingga beberapa kilometer ke hulu," kata Pietro Milillo, fisikawan University of Houston, AS, yang menjadi penulis utama makalah.

"Dan tiba-tiba Anda mulai sadar, 'Tunggu dulu! Model yang benar-benar memprediksi keadaan gletser di masa depan tidak menampilkan fenomena semacam ini. Mereka pada dasarnya memiliki garis landasan yang diperbaiki'."

Dalam makalah berjudul Rapid glacier retreat rates observed in West Antarctica itu, Milillo dan ilmuwan lainnya menyelidiki garis landasan gletser Antarktika lainnya, seperti Gletser Pope, Smith, dan Kohler, melalui satelit. Semuanya memiliki tanda-tanda kemunduran garis landasan akibat pemompaan pasang-surut.

"Ketika air pasang semakin tinggi, seluruh lapisan es terangkat," kata Milillo di Wired. "Jadi dengan mengukur seberapa banyak pergerakannya di bagian atas karena pasang-surut, kami dapat benar-benar melihat di mana garis landasan berada di bagian bawah gletser."

Dia mengatakan pengukurannya mengerikan. Di tahun 2017, garis landasan Pope menyusut lebih dari tiga kilometer dalam 3,5 bulan. Sementara di garis landasan Smith, dari 2016 sampai 2017, ada sekitar 2,5 kilometer penyusutan, dan ada lima kilomer penyusutan di Kohler.

Jika garis landasan itu mulai mundur, dapat menyebabkan rangkaian bencana. Semakin banyak bagian bawah gletser yang terkena air laut yang hangat, maka semakin mencair. "Begitu Anda memicu mundur halus, mereka akan terus mundur dan mundur, yang berarti bahwa mereka akan makin cepat," ujarnya.

Tepi lapisan es Antarktika di pantai benua yang luas, dikelilingi oleh Samudra Selatan. Gambar diambil pada tahun 2017. (University of Leicester/Katharina Hochmuth)

8 Februari 2022, makalah lain dari para peneliti diterbitkan di The Cryosphere. Para peneliti memodelkan bagaimana air laut yang hangat punya kemungkinan untuk melewati garis landasan, dan menyebabkan pencairan lebih jauh lagi di Antarktika.

Awalnya, banyak ilmuwan yang mengira garis landasan berperan sebagai semacam penghalang untuk menjaga air laut tidak tergelincir di bawah lapisan es yang menempel di tanah. Tetapi pemodelan makalah ini menunjukkan, jika tanahnya datar dan atau miringnya ke dalam bagian lapisan es daratan, air asing dapat menerobis melewati garis landasan.

Alexander Robel, penulis utama studi dan kepala Ice and Climate Group di Georgia, AS, mengatakan, kondisi seperti ini, dan jika aliran air tawar dari es yang mencair tidak terlalu cepat, air laut seharusnya bisa masuk ratusan kaki dan berkilo-kilo jauhnya lewat garis landasan.

Pemahaman ini lagi-lagi tidak masuk dalam model pencarian glasial yang sebelumnya diperkirakan para ilmuwan terhadap Antarktika. "Ini didasarkan pada asumsi sebelumnya bahwa pada dasarnya ada penghalang hidrolik di garis landasan, dan air laut tidak pernah naik ke hulu," terang Robel.

Baca Juga: Kalau Gletser Ini Lepas, Antarktika Barat Bakal Kehilangan Banyak Es

Baca Juga: Jika Gletser Mencair 2100, Ada Habitat Luas Baru untuk Salmon

Baca Juga: Gagal Lintasi Antarktika, Kisah Penyelamatan Shackleton Terus Diingat

Sebelumnya, para ilmuwan memperkirakan antara sembilan dan 17 sentimeter gletser Antarktika berkontribusi terhadap naiknya permukaan air pada 2100. Tetapi penelitian terbaru, dengan berbagai faktor lainnya, angka itu berlipat ganda menjadi 21 dan 27 sentimeter lapisan gletser akan mencair.

"Bukankah gila bahwa model ini dapat menghasilkan tingkat kenaikan permukaan laut yang jauh lebih tinggi?" kata Robel. Salah satu faktor lainnya adalah intrusi laut, di mana air asin bergerak ke akuifer air tawar dan mengkontaminasi pasokannya. "Itu menjadi teka-teki, untuk menjelaskan dengan tepat mengapa permukaan laut jauh lebih tinggi."

"Saya pikir sekarang ada keragaman bukti, khususnya di Antartika Barat, menggunakan metode pengamatan yang berbeda, metode instrumental yang berbeda, yang menunjukkan bahwa pasti ada tempat di mana sepertinya ada air laut dan meleleh di hulu garis landasan," tambahnya.