Bejana Berpotensi Digunakan Sebagai Granat Tangan di Abad Pertengahan

By Maria Gabrielle, Rabu, 27 April 2022 | 10:00 WIB
Pecahan bejana yang diduga mengandung bahan peledak. (Robert Mason / Royal Ontario Museum)

Nationalgeographic.co.id—Para peneliti telah melakukan analisis terhadap residu di dalam bejana keramik kuno dari Yerusalem abad ke 11-12. Mereka menemukan bahwa ada kemungkinan bejana digunakan sebagai granat tangan.

Penelitian dilakukan di bawah kepemimpinan Carney Matheson, lektor kepala (Associate Professor) dari Universitas Griffith, Australia. Dilansir dari Phys, penelitian sebelumnya tentang wadah berbentuk kerucut bulat telah mengidentifikasi bahwa benda itu digunakan untuk berbagai tujuan. Termasuk wadah minum bir, wadah merkuri, wadah minyak dan lain-lain.

Studi ini telah dipublikasikan di jurnal PLOS One dengan judul Composition of trace residues from the contents of 11th – 12th century sphero-conical vessels from Jerusalem pada 25 April 2022. Residu diambil dari permukaan internal empat pecahan keramik arkeologi yang digali di Taman Armenia, Yerusalem.

Tujuannya untuk mengkarakterisasi isi bejana asli. Residu telah dianalisis menggunakan mikroskop cahaya, karakterisasi biokimia, kromatografi gas-spektroskopi massa, spektroskopi emisi atom plasma yang digabungkan secara induktif dan spektrometri fluoresensi atom uap dingin.

Analisis ini menetapkan adanya berbagai senyawa termasuk asam lemak dan kadar merkuri, belerang, aluminium, kalium, magnesium, nitrat, serta fosfor yang patut diperhatikan. Isi dan dugaan fungsi keempat bejana tersebut dicirikan dari residu pada pecahan yang berbeda satu sama lain, mencerminkan dekorasi, pembuatan, dan tipologi keramik.

Penelitian ini mengkonfirmasi penelitian terdahulu. Ada bejana yang mengandung minyak dan obat-obatan sedangkan bejana lainnya mengandung minyak wangi. Diketahui pula ada bejana yang berisi bahan mudah terbakar dan diduga bahan peledak. Hal ini mengindikasikan bahwa bejana mungkin telah digunakan sebagai granat tangan pada masa itu.

Carney Matheson mengatakan bahan peledak yang ia analisis dari dalam bejana menunjukkan dugaan adanya pengembangan bahan peledak kuno secara lokal.

“Penelitian ini telah menunjukkan beragam penggunaan bejana keramik unik termasuk (sebagai) alat peledak kuno," kata Carney Matheson.

"Bejana-bejana ini telah dilaporkan selama masa Perang Salib sebagai granat yang dilemparkan ke benteng Tentara Salib, menghasilkan suara keras dan kilatan cahaya terang,” tambahnya.

Sebagai informasi dilansir dari Britannica, Perang Salib berlangsung dari tahun 1095 hingga 1571. Ekspedisi militer dimulai pada akhir abad ke-11 yang diorganisir oleh orang-orang Kristen Eropa bagian barat sebagai tanggapan terhadap perang ekspansi Muslim selama berabad-abad.

Tujuan utama mereka adalah untuk menghentikan ekspansi negara-negara Muslim. Untuk merebut kembali Tanah Suci di Timur Tengah bagi agama Kristen, dan untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang dulunya Kristen.