"Kita percaya diri kita sebagai agen (entitas yang dapat melakukan sesuatu) sebagian karena kita dapat merencanakan untuk bertindak dengan cara yang akan membawa perubahan di masa depan. Tapi apa gunanya bertindak untuk membawa perubahan di masa depan ketika, dalam arti yang sangat nyata, tidak ada masa depan untuk bertindak?"
"Apa gunanya menghukum seseorang untuk tindakan masa lalu, ketika tidak ada masa lalu dan tampaknya, tidak ada tindakan seperti itu?" tanya Buron.
Penemuan bahwa waktu tidak ada tampaknya akan membuat seluruh dunia terhenti. Kita seolah tidak punya alasan untuk bangun dari tempat tidur. Tapi sebenarnya tidaklah begitu.
Tidak eksisnya waktu sebenarnya bukanlah masalah bagi kita dan hidup kita akan baik-baik saja atau tetap oke-oke saja. Meski fisika mungkin menghilangkan waktu, fisika tetap tetap menyisakan hidup sebab-akibat yang utuh: pengertian di mana satu hal dapat menyebabkan hal lain.
"Mungkin apa yang dikatakan fisika kepada kita adalah bahwa sebab-akibat dan bukan waktu yang merupakan ciri dasar Alam Semesta kita," tegas Buroan. "Jika itu benar, maka perihal keagenan masih bisa bertahan. Karena adalah mungkin untuk merekonstruksi rasa keagenan sepenuhnya dalam istilah kausal (sebab-akibat)."
"Setidaknya, itulah yan diperdebatkan oleh Kristie Miller, Jonathan Tallant, dan saya dalam buku baru kami. Kami menyarankan penemuan bahwa waktu tidak eksis mungkin tidak berdampak langsung pada kehidupan kita," simpul Buron.