Menurut Fisika, Waktu Mungkin Tidak Eksis dan Itu Bukan Masalah

By Utomo Priyambodo, Rabu, 4 Mei 2022 | 08:00 WIB
Ilustrasi waktu (Gloria Samantha)

Nationalgeographic.co.id—Anda mungkin pernah mendengar ungkapan "berlomba dengan waktu". Tapi dengan siapa Anda berlomba jika waktu sebenarnya tidak eksis?

Sam Buron, Lektor Kepala Australian Catholic University yang berfokus pada bidang metafisika waktu, filsafat matematika dan filsafat ilmu, menulis bahawa "perkembangan dalam fisika menunjukkan bahwa tidak eksisnya waktu adalah kemungkinan yang terbuka, dan salah satu yang harus kita anggap serius."

Bagaimana itu bisa terjadi, dan apa artinya? "Perlu sedikit waktu untuk menjelaskannya, tapi jangan khawatir: Bahkan jika waktu tidak ada, hidup kita akan berjalan seperti biasa," tulis Buron di The Conversation.

Buron menjelaskan selama sekitar satu abad terakhir, para ilmuwan telah menjelaskan Alam Semesta dengan dua teori fisika yang sangat sukses: relativitas umum dan mekanika kuantum.

Mekanika kuantum menjelaskan bagaimana segala sesuatu bekerja di dunia partikel dan interaksi partikel yang sangat kecil. Adapun relativitas umum menggambarkan gambaran besar gravitasi dan bagaimana benda bergerak.

Kedua teori ini bekerja dengan sangat baik dengan caranya sendiri, tetapi keduanya dianggap bertentangan satu sama lain. "Meskipun sifat pasti dari konflik tersebut kontroversial, para ilmuwan umumnya setuju bahwa kedua teori tersebut perlu diganti dengan teori baru yang lebih umum," kata Buron.

Para fisikawan ingin menghasilkan teori "gravitasi kuantum" yang menggantikan relativitas umum dan mekanika kuantum, sambil menangkap kesuksesan luar biasa dari keduanya. Teori semacam itu akan menjelaskan bagaimana gambaran besar gravitasi bekerja pada skala mini partikel.

Sayangnya, menghasilkan teori gravitasi kuantum adalah hal yang sangat sulit untuk dicapai. "Salah satu upaya untuk mengatasi konflik antara kedua teori tersebut adalah teori string. Teori string menggantikan partikel dengan string yang bergetar sebanyak 11 dimensi," papar Buron.

Namun, teori string menghadapi kesulitan lebih lanjut. Teori string menyediakan berbagai model yang menggambarkan Semesta secara luas seperti milik kita, dan mereka tidak benar-benar membuat prediksi yang jelas yang dapat diuji dengan eksperimen untuk mengetahui model mana yang benar.

Pada 1980-an dan 1990-an, banyak fisikawan menjadi tidak puas dengan teori string dan muncul dengan berbagai pendekatan matematis baru untuk gravitasi kuantum. Salah satu yang paling menonjol adalah gravitasi kuantum loop, yang mengusulkan bahwa struktur ruang dan waktu terbuat dari jaringan potongan diskrit yang sangat kecil, atau "loop".

Salah satu aspek yang luar biasa dari gravitasi kuantum loop adalah bahwa ia tampaknya menghilangkan waktu sepenuhnya. Loop quantum gravity tidak sendirian dalam menghapuskan waktu. Sejumlah pendekatan lain juga tampaknya menghilangkan waktu sebagai aspek fundamental dari realitas.

"Jadi kita tahu kita membutuhkan teori fisika baru untuk menjelaskan Alam Semesta, dan teori ini mungkin tidak menonjolkan waktu," tulis Buron. Misalkan teori seperti itu ternyata benar. Apakah itu artinya wakti tidak eksis?

Ini rumit, dan itu tergantung apa yang kita maksud dengan eksis. "Teori fisika tidak memasukkan meja, kursi, atau orang, namun kita masih menerima bahwa meja, kursi, dan orang itu eksis," papar Buron.

"Mengapa? Karena kita berasumsi bahwa hal-hal seperti itu ada pada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat yang dijelaskan oleh fisika."

  

Baca Juga: Kisah Isolasi Michel Siffre: Waktu Biologis Kita Tidak Bisa Diandalkan

Baca Juga: Orang Berkemampuan Bilingual Punya Cara Memahami Waktu yang Berbeda

Baca Juga: Eksperimen Fisika Ini Bisa Mengubah Materi Jadi Tak Terlihat

Baca Juga: Catatan Rahasia Isaac Newton tentang Piramida dan Prediksi Hari Kiamat

    

Kita mengatakan bahwa meja-meja, misalnya, "muncul" dari fisika dasar partikel yang berputar di sekitar Semesta. Tetapi sementara kita memiliki pemahaman yang cukup baik tentang bagaimana sebuah mejadi dapat dibuat dari partikel fundamental, kita tidak tahu bagaimana waktu dapat "dibuat dari" sesuatu yang lebih mendasar.

Jadi, kecuali kita dapat memberikan penjelasan yang baik tentang bagaimana waktu muncul, tidak jelas kita dapat mengasumsikan bahwa waktu itu eksis. "Waktu mungkin tidak eksis di tingkat mana pun," sebut Buron.

Apa Dampaknya?

Seluruh hidup kita dibangun di sekitar waktu. Kita merencanakan masa depan, berdasarkan apa yang kita ketahui tentang masa lalu. Kita meminta pertanggungjawaban orang secara moral atas tindakan mereka di masa lalu, dengan tujuan untuk menegur mereka di kemudian hari.

"Kita percaya diri kita sebagai agen (entitas yang dapat melakukan sesuatu) sebagian karena kita dapat merencanakan untuk bertindak dengan cara yang akan membawa perubahan di masa depan. Tapi apa gunanya bertindak untuk membawa perubahan di masa depan ketika, dalam arti yang sangat nyata, tidak ada masa depan untuk bertindak?"

"Apa gunanya menghukum seseorang untuk tindakan masa lalu, ketika tidak ada masa lalu dan tampaknya, tidak ada tindakan seperti itu?" tanya Buron.

Penemuan bahwa waktu tidak ada tampaknya akan membuat seluruh dunia terhenti. Kita seolah tidak punya alasan untuk bangun dari tempat tidur. Tapi sebenarnya tidaklah begitu.

Tidak eksisnya waktu sebenarnya bukanlah masalah bagi kita dan hidup kita akan baik-baik saja atau tetap oke-oke saja. Meski fisika mungkin menghilangkan waktu, fisika tetap tetap menyisakan hidup sebab-akibat yang utuh: pengertian di mana satu hal dapat menyebabkan hal lain.

"Mungkin apa yang dikatakan fisika kepada kita adalah bahwa sebab-akibat dan bukan waktu yang merupakan ciri dasar Alam Semesta kita," tegas Buroan. "Jika itu benar, maka perihal keagenan masih bisa bertahan. Karena adalah mungkin untuk merekonstruksi rasa keagenan sepenuhnya dalam istilah kausal (sebab-akibat)."

"Setidaknya, itulah yan diperdebatkan oleh Kristie Miller, Jonathan Tallant, dan saya dalam buku baru kami. Kami menyarankan penemuan bahwa waktu tidak eksis mungkin tidak berdampak langsung pada kehidupan kita," simpul Buron.