Borneo Punya 'Monyet Misteri' Hibrida, Bikin Para Ilmuwan Khawatir

By Utomo Priyambodo, Senin, 9 Mei 2022 | 13:10 WIB
(Nicole Lee)

Kedua spesies itu hidup dalam kelompok yang terdiri dari jantan dominan dan banyak betina serta keturunannya. Jantan yang lahir dalam kelompok ini ditekan untuk pergi begitu mereka dewasa untuk memulai kelompok mereka sendiri, atau mengambil alih kelompok lain. Namun, penurunan habitat membatasi area di mana pejantan yang tersebar ini dapat pergi, menurut Ruppert.

"Kami menyimpulkan dari pengamatan yang dilakukan para fotografer bahwa para bekantan jantan kawin dengan para lutung betina di daerah itu dan ada kelompok campuran di mana bekantan betina bahkan merawat bayi lutung perak," kata Ruppert.

Baca Juga: Temuan Bukti Perkawinan Silang Antarspesies Unta di Kuil Allat, Irak

Baca Juga: Apa Kata Dunia Saat Lihat Zebroid, Hasil Kawin Silang Zebra dan Kuda

Baca Juga: Kontroversi Anak Lapedo: Hasil Kawin Silang Manusia dan Neanderthal?

  

Para bekantan jantan mungkin menggunakan ukurannya yang lebih besar untuk mengusir para lutung jantan dan mengambil alih kelompok lutung. Para peneliti menduga bahwa "monyet misteri" dalam foto-foto tersebut adalah keturunan dari bekantan jantan dan lutung betina karena memiliki karakteristik yang sama dari kedua spesies tersebut. Misalnya, hidungnya dikatakan seperti bekantan betina, tetapi tidak memanjang, dan wajahnya memiliki semburat abu-abu.

Kebanyakan hibrida yang lahir dari spesies yang berbeda menjadi hewan yang steril dan tidak dapat menghasilkan keturunan. Fakta ini membuat monyet misteri dan bayinya itu menjadi semakin tidak biasa.

Mungkin saja dia sedang menyusui - atau merawat bayi betina lain - tetapi foto-foto itu menunjukkan bahwa dia memiliki payudara yang bengkak terkait dengan menyusui, yang menunjukkan bahwa bayi itu adalah anaknya sendiri.

Meskipun penemuan itu tampak unik dan menarik, ada sisi negatifnya. "Sungguh tragis bahwa kedua spesies sekarang hidup bersama di sisa petak hutan tepi sungai yang sempit yang dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit, di mana mereka bersaing untuk mendapatkan makanan dan kesempatan kawin," kata Ruppert.

"Saya berharap orang-orang akan mulai membicarakannya, bukan sebagai daya tarik, tetapi sebagai hewan 'unggulan' di kawasan yang perlu dilindungi, dan bersamanya, dua spesies induknya dan habitatnya."