Alam Menolong Kesehatan Mental Manusia, tapi Hanya untuk Orang Kaya?

By Utomo Priyambodo, Selasa, 10 Mei 2022 | 10:00 WIB
Riset mengenai pengaruh alam pada kesehatan mental manusia baru terbatas pada orang-orang kulit putih yang kaya. (Joshua Brown/UVM)

Nationalgeographic.co.id—Bidang riset yang menggabungkan psikologi dan lingkungan telah menghasilkan banyak penelitian penting yang merinci manfaat alam, hutan, dan taman bagi kesejahteraan manusia dan kesehatan mental, termasuk kebahagiaan, depresi, dan kecemasan. Temuan ini telah dipopulerkan oleh buku-buku seperti Your Brain on Nature dan The Nature Fix yang memperjuangkan manfaat kesehatan luar ruangan yang luar biasa.

Namun ketika para peneliti dari University of Vermont (UVM) menganalisis satu dekade penelitian dari lapangan yang mencakup 174 studi peer-review dari 2010 hingga 2020, mereka menemukan bahwa para peserta penelitian sangat banyak berkulit putih. Mereka menemukan bahwa komunitas orang-oranh kulit hitam, pribumi, dan kulit berwarna (Black, Indigenous, People of Color/BIPOC) sangat kurang terwakili.

Mereka mencatat lebih dari 95% studi ini dilakukan di negara-negara Barat berpenghasilan tinggi di Amerika Utara, Eropa dan Asia Timur, atau juga negara-negara kebarat-baratan seperti Afrika Selatan. Adapun penelitian di bumi bagian selatan sebagian besar tidak ada.

Selain itu, hanya kurang dari 4% studi yang dilakukan di negara-negara berpenghasilan menengah, seperti India. Bahkan, tidak ada studi di negara-negara berpenghasilan rendah.

Sampel manusia yang sempit ini menyulitkan bidang ini untuk secara kredibel membuat klaim ilmiah universal, kata para peneliti. Mereka telah menerbitkan temuan mereka ini di jurnal Current Research in Environmental Sustainability.

"Bidang ini memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah mendesak—dari krisis kesehatan mental global hingga upaya keberlanjutan di seluruh dunia—tetapi untuk melakukannya, kita harus lebih mencerminkan keragaman populasi, budaya, dan nilai dunia," kata penulis utama Carlos Andres Gallegos-Riofrio dari University of Vermont’s Gund Institute for Environment.

  

Baca Juga: Dokter Menyarankan Pasien untuk Menghabiskan Waktu di Alam Terbuka

Baca Juga: Sejarah Alam Semesta: Kian Panas, Suhu Meningkat Sepuluh Kali Lipat

Baca Juga: Dokter Menyarankan Pasien untuk Menghabiskan Waktu di Alam Terbuka

 Baca Juga: Waspada, Hepatitis Misterius Telah Renggut Nyawa Tiga Anak di Jakarta