Jeritan Bocah Juned, Dua Belas Jam Tergencet Kereta Api Bintaro

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 14 Mei 2022 | 08:00 WIB
Tragedi Bintaro. (Unknown/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Peristiwa tabrakan antara dua kereta api di Bintaro, Jakarta, pada 13 Oktober 1987 telah merenggut nyawa 153 orang dan menyebakan sekitar 300 orang lainnya luka-luka. Selain diadaptasi ke dalam film, kejadian nahas yang dikenal sebagai Tragedi Bintaro itu sempat pula diabadikan oleh Iwan Fals ke dalam sebuah lagunya, yang petikan liriknya adalah berikut:

Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi?Di gerbongmu ratusan orang yang matiHancurkan mimpi bawa kisahAir mataAir mata

Belum usai peluit, belum habis putaran rodaAku dengar jerit dari BintaroSatu lagi catatan sejarahAir mataAir mata

Berdarahkah tuan yang duduk di belakang meja?Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa?Aku bosan

Dari ratusan korban yang meregang nyawa akibat tabrakan kereta pada pukul 07.05 WIB tersebut, ada seorang bocah yang masih hidup. Ia tergencet di sela-sela puing kereta selama berjam-jam.

Bocah yang kemudian diketahui bernama Juned itu, merintih kesakitan dan berteriak minta tolong. Ia tidak mampu keluar dari gencetan badan kereta yang ringsek yang menghimpit tubuhnya. Hanya kepala Juned yang kelihatan.

Baca Juga: Komite Keselamatan Ungkap Penyebab Kecelakaan Kereta di Bintaro

Baca Juga: Kisah Nahas Rayan, Bocah yang Terperangkap di Sumur Selama 5 Hari

"Tolong, tolong, saya ada di sini. Kami semua ada di sini," teriaknya lirih dan hampir tak terdengar oleh warga yang sedang panik memberikan pertolongan kepada para korban lainnya, sebagaimana ditulis Zaenuddin HM di buku Kisah-Kisah Edan Seputar Djakarta.

Untunglah ada seorang wartawan yang sedang meliput kejadian itu, mendengar teriakan sang bocah dan segera mendekatinya. Sang wartawan segera memanggil beberapa orang warga untuk menolong Juned.

Tragedi Bintaro diangkat ke layar lebar dan Juned memberikan testimoni di akhir film. (Dok. Kompas)

Juned terjepit selama hampir 12 jam. Namun si bocah tidak menangis meski kaki kirinya hancur karena terjepit. Juned tahu persis nenek (Nek Minah) dan adik perempuannya (Astuti) tewas di bawah kakinya. Juned pun melihat sendiri adik laki-lakinya (Sandi) serta kakak sulungnya (Mulyadi) tewas mengerikan di sampingnya. Adapun Aswadi, kakaknya nomor dua, masih terkatung-katung antara hidup dan mati.