Ilmuwan Buktikan Tanah dari Bulan Berhasil Menumbuhkan Tanaman

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 14 Mei 2022 | 16:00 WIB
Misi Apollo membawa kembali 380 kg batuan bulan, sampel inti, pasir, dan debu dari permukaan bulan. (UF/IFAS/Tyler Jones)

Tanah dari bulan sangat berbeda dari tanah bumi. Ini berisi pecahan kaca vulkanik dan tidak ada elemen organik. Selain itu juga terus-menerus dibombardir dengan radiasi. Para peneliti hanya memiliki 12 gram tanah berharga itu. Karena jumlahnya terbatas, mereka melakukan percobaan skala kecil di mana setiap tanaman ditanam di satu gram tanah.

Para peneliti menempatkan benih dalam sampel, menyiraminya dan kemudian memasukkan nampan ke dalam kotak terarium. “Mereka menambahkan larutan nutrisi setiap hari,” imbuh Gamillo.

 Baca Juga: Harapan Perjalanan ke Bulan: Tanaman Bisa Tumbuh di Tanah Bulan

 Baca Juga: Tanah Bulan Memiliki Potensi Menghasilkan Oksigen dan Bahan Bakar

 Baca Juga: Mengenal Titan, Bulan Terbesar Kedua di Tata Surya Milik Saturnus

Saat menambahkan air ke sampel bulan, tim menemukan bahwa air menjadi seperti manik-manik di permukaan tanah. Jadi setiap sampel harus diaduk untuk memastikan tanahnya basah secara merata.

"Setelah dua hari, mereka mulai bertunas!" ungkap Anna-Lisa Paul, seorang ahli hortikultura di Universitas Florida dan penulis pertama studi tersebut.

"Semuanya bertunas. Saya tidak bisa memberi tahu Anda betapa terkejutnya kami! Setiap tanaman - baik dalam sampel bulan atau dalam kontrol - tampak sama sampai sekitar hari keenam,” Paul menambahkan.

Membandingkan tanaman yang tumbuh

Tanaman di tanah bulan dibandingkan dengan kelompok kontrol tanaman yang tumbuh di abu vulkanik dan simulasi tanah bulan yang dikenal sebagai JSC-1A.

Namun, pengamatan setelah hari keenam menemukan bahwa tanaman di tanah bulan tumbuh secara berbeda dan terutama tidak sekuat tanaman kontrol. Arabidopsis thaliana tumbuh lebih lambat, memiliki akar kerdil, daun lebih kecil, dan memiliki pigmentasi kemerahan, tanda stres.

Setelah 20 hari, tim menggiling tanaman dan mempelajari RNA mereka. Setelah mengurutkan RNA, para peneliti mengidentifikasi bahwa tanaman mengekspresikan pola gen yang terkait dengan respons stres. Ini terlihat di selada thale ketika tanah memiliki terlalu banyak garam atau logam berat.

Tanaman juga bereaksi berbeda tergantung dari bagian bulan yang mana tanah itu diambil. Sampel yang dikumpulkan dari jauh di bawah permukaan bulan terbukti menjadi substrat pertumbuhan yang lebih baik daripada tanah yang diambil dari permukaan..

Para peneliti menggunakan selada thale karena merupakan tanaman berbunga kecil yang genomnya telah diurutkan dan dipetakan dengan baik.

"Kami menggunakan data ekspresi gen untuk membantu memperbaiki respons stres ke tingkat di mana tanaman dapat tumbuh di tanah bulan," kata Paul.

Temuan ini bahkan mungkin berlaku untuk tanaman yang tumbuh di tanah Mars. Eksperimen ini merupakan tonggak sejarah yang dapat membantu manusia untuk tinggal lebih lama di permukaan bulan kelak.