Temuan Ruang Rahasia Ungkap Penggunaan Politik Lunak Kerajaan Asyur

By Sysilia Tanhati, Minggu, 15 Mei 2022 | 09:00 WIB
Adegan ukiran menggambarkan setidaknya enam dewa. Termasuk Hadad, dewa badai Mesopotamia; dewa bulan Sîn; dewa matahari Amaš; dan Atargatis, dewi kesuburan wilayah tersebut (Selim Ferruh Adalı et al./Social Sciences University of Ankara)

Nationalgeographic.co.id - Para arkeolog menemukan ukiran kuno dewa Asyur yang langka di kompleks bawah tanah di tenggara Turki. Penemuan ini mungkin menunjukkan penggunaan ‘politik lunak’ di wilayah perbatasan kerajaan paling kuat di dunia hampir 3.000 tahun yang lalu.

Adegan ukiran menggambarkan setidaknya enam dewa, termasuk Hadad, dewa badai Mesopotamia; dewa bulan Sîn; dewa matahari Amaš; dan Atargatis, dewi kesuburan wilayah tersebut. Penjelasan mengenai penemuan ini diterbitkan dalam jurnal Antiquity.

Tahun 2017, polisi menemukan sebuah kompleks bawah tanah setelah mengikuti jalan rahasia dari sebuah rumah modern di desa Başbük. Desa ini terletak sekitar 48 km dari kota Şanlıurfa.

Rekan penulis artikel dan filolog Selim Ferruh Adalı dari Universitas Ilmu Sosial Ankara mengatakan tampaknya kompleks itu sudah pernah digali sebelumnya. Penggalian itu pertama kali dilakukan ketika rumah itu dibangun beberapa tahun sebelumnya.

Akan tetapi penemuan itu tidak dilaporkan kepada pihak berwenang, seperti yang diwajibkan oleh hukum Turki. Sebaliknya, penjarah membuat terowongan dari rumah ke lorong bawah tanah. Para penjarah akhirnya ditangkap dan mereka tampaknya tidak merusak ukiran.

Mehmet nal, penulis utama artikel dan kepala arkeologi di Universitas Harran di Anlıurfa, pertama kali melihat ukiran bawah tanah dengan cahaya lampu yang berkedip-kedip.

“Saya merasa seperti berada dalam sebuah ritual,” ungkapnya. “Ketika saya dihadapkan oleh mata yang sangat ekspresif dan wajah serius dan agung dari dewa badai Hadad, saya tergetar.”

Gaya kerajaan dan simbolisme lokal

Kompleks bawah tanah terdiri dari ratusan kaki lorong, tangga, dan galeri yang dipahat dari batuan dasar. Baik kompleks maupun ukirannya tampak belum selesai. Ini membuat para peneliti berspekulasi bahwa pembangunannya tiba-tiba berhenti, kemungkinan pada awal abad ke-8 Sebelum Masehi.

Sebuah prasasti di samping ukiran menunjukkan sebagian nama, yang menurut para peneliti berbunyi ‘Mukīn-abūa.’ Dia mungkin adalah Mukīn-abūa yang terdaftar dalam catatan Asyur sekitar 2.700 tahun yang lalu sebagai gubernur ibukota provinsi Tušhan. Lokasinya sekitar 144 km di sebelah timur Başbük modern.

Jika memang benar, Adalı berpendapat bahwa bisa jadi Mukīn-abūa yang memerintahkan pembangunan kompleks bawah tanah dan pembuatan ukiran. Menurutnya, pembangunan terhenti karena masa jabatannya telah selesai.

Dewa-dewa kuno digambarkan dalam prosesi melintasi panel dinding batu selebar 3,6 meter Enam wajah dapat dilihat, dan empat dewa dapat dikenali—dewa badai Hadad, misalnya, membawa trio petir.