Nationalgeographic.co.id—Sebauh artefak ditemukan di Jepang diduga merupakan senjata ninja, termasuk beberapa yang tampaknya merupakan cikal bakal bintang lempar yang terkenal.
"Arkeolog menggali artefak antara tahun 1960 dan 2010 di beberapa situs Jepang, termasuk dua kastil—Kastil Iwatsuki dan Kastil Hachioji," tulis Owen Jarus kepada Live Science dalam artikel berjudul 430-year-old ninja weapons possibly identified yang terbit 14 Februari 2022.
"Kemungkinan artefak ninja berasal dari Pengepungan Odawara yang terjadi pada tahun 1590," tambahnya. Selama pengepungan ini, klan Toyotomi dan Tokugawa mengalahkan klan Hojo, yang telah menguasai sebagian besar Jepang, dan merebut kedua kastil tersebut.
Pengepungan terjadi selama periode Sengoku, sekitar tahun 1467-1615, saat Jepang dibagi antara beberapa panglima perang yang berjuang untuk mendapat kekuasaan.
Teks-teks sejarah menyebutkan ninja sebagai mata-mata dan penyabot selama kurun waktu tersebut. Mereka juga kemungkinan mengambil bagian penting dalam pengepungan.
Sebut saja Fūma Kotarō, nama yang dipakai secara turun temurun oleh ketua klan Fūma yang bekerja sebagai ninja untuk klan Go-Hōjō di Jepang.
Fūma merupakan kelompok ninja yang bermarkas di Distrik Ashigarashimo, Provinsi Sagami. Sejak zaman berkuasanya Ise Moritoki (Hōjō Sōun), klan Fūma aktif berperan sebagai mata-mata dan kelompok pembuatan keonaran.
Tokoh paling terkenal dari klan Fūma adalah ketua generasi ke-5 yang bernama Fūma Kotarō (tahun lahir tidak diketahui, meninggal 1603) yang mengabdi kepada pasangan bapak-anak Hōjō Ujimasa dan Hōjō Ujinao. Meski belum diketahui apakah Fūma Kotarō terlibat dalam operasi itu.
"Artefak tersebut termasuk batu lempar datar yang mungkin merupakan pendahulu bintang lempar shuriken dan caltrop tanah liat yang mungkin merupakan bentuk awal caltrop makibishi—senjata runcing yang dapat melukai kaki tentara dan kuda," terus Jarus.
Artefak ini kemungkinan adalah senjata dari "kelompok pertempuran yang dapat bertindak sebagai ninja," ungkap Iwata Akihiro kepada Live Science.
Iwata Akihiro merupakan seorang arkeolog dan kurator di Museum Sejarah dan Cerita Rakyat Prefektur Saitama. Ia mengatakan kepada Live Science melalui email, "Senjata-senjata ini, kemungkinan dibuat dengan tergesa-gesa sebelum pengepungan."
Baca Juga: Jumlah Populasi Menyusut, Kota Kecil di Jepang Ini Kekurangan Ninja
Baca Juga: Choumiryou: Bumbu Resep Di Balik Masakan-Masakan Jepang yang Sehat
Baca Juga: Tak Selalu Berulah, Tato Menjadi Tanda Hormat Yakuza kepada Budaya
Baca Juga: Komunitas Korea Utara di Jepang, Jejak Nyata Perang Dunia II dan Korea
Meskipun konstruksi mereka dibuat dengan tergesa-gesa, bagaimanapun, kedua senjata itu kemungkinan besar akan efektif.
Lemparan batu datar "digunakan untuk menghentikan pergerakan musuh yang akan menyerang (seorang prajurit) kapan saja, dan ketika musuh membeku, prajurit itu melarikan diri," lanjut Ahihiro.
Ia meneruskan, "sementara caltrop tanah liat bisa "menghentikan pergerakan musuh yang menyerbu benteng."
Catatan sejarah menyebut, meskipun dipersenjatai dengan senjata-senjata itu, ninja dari klan Hojo tidak dapat menyelamatkan kastil, karena mereka berdua jatuh ke tangan tentara klan Toyotomi dan Tokugawa yang jumlahnya jauh lebih besar.
Pada 1615, klan Tokugawa berhasil menyatukan seluruh Jepang di bawah kekuasaan mereka, membentuk shogun yang akan memegang kekuasaan selama berabad-abad kemudian.