Hanya kenaikan permukaan laut yang menunjukkan kaitan dengan pertumbuhan tanaman, tulis mereka. Ketika permukaan laut di lahan basah naik setinggi 15 sentimeter di lokasi, manfaat karbon dioksida yang lebih tinggi menghilang.
Baca Juga: Mengejar Target Penggunaan Energi Terbarukan demi Karbon Netral
Baca Juga: Perkembangan Lahan Gambut Pesisir di Indonesia Selama Ribuan Tahun
Baca Juga: Mangrove dan Lamun sebagai Benteng Alam untuk Melawan Krisis Iklim
Maka, mereka berpendapat, tanaman lahan basah punya kemungkinan menjadi harapan ketika ketinggian air laut makin meninggi. Sehingga, kawasan lahan basah sangat penting dikonservasi agar bisa melawan perubahan iklim dan beradaptasi dengannya.
Lahan basah mungkin masih bisa lolos dari tenggelam. Jika lahan basah tidak dapat naik lebih tinggi dengan membangun tanah, mereka bisa merembet ke daratan. Tetapi itu hanya bisa terjadi jika mereka punya cukup ruang.
Di sisi lain, para ilmuwan dalam penelitian juga menyadari bahwa karbon dioksida berlebih tidak selalu merangsang pertumbuhan sebanyak yang dikira. Beberapa karbon yang dapat diserap dalam beberapa dekade mendatang masih jadi lebih tidak pasti.
Selain menyerap sejumlah besar karbon, kawasan yang sangat kecil di permukaan Bumi ini bisa melindungi manusia dari perubahan iklim yang lebih ekstrem, seperti angin topan dan hurikan.