Yang juga patut dipertimbangkan adalah bahwa rumah keluarga tempat si kembar dibesarkan sama sekali tidak serupa, selain berada di belahan dunia yang sama sekali berbeda. Ada lebih banyak konflik dan lebih sedikit kebebasan di rumah AS dibandingkan dengan yang ada di Korea Selatan, para peneliti melaporkan.
"Si kembar dibesarkan di lingkungan yang sangat berbeda, selain dari negara dan budaya yang berbeda," tulis para peneliti.
Apa yang juga didukung oleh penelitian ini dalam hal nature versus nurture adalah gagasan bahwa sifat-sifat perilaku tertentu dapat tetap sama, bahkan ketika anak-anak dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Kedua kembar mendapat nilai tinggi dalam hal tingkat kehati-hatian dan harga diri mereka, misalnya.
Secara umum, si kembar AS lebih individualistis dan kurang kolektivis dalam hal budaya nasional, dibandingkan dengan si kembar Korea Selatan. Para peneliti berpikir bahwa perbedaan budaya ini kemungkinan berdampak pada beberapa skor kepribadian yang dilaporkan.
Meskipun penting untuk tidak menarik terlalu banyak kesimpulan tegas dari sepasang anak kembar, temuan ini membuat bacaan yang menarik. Dengan adanya penyebaran tes DNA yang mudah diakses berarti kemungkinan lebih banyak kembaran yang hilang akan ditemukan di tahun-tahun mendatang sehingga memberikan ilmuwan lebih banyak data untuk dikerjakan.
"Kita perlu mengidentifikasi lebih banyak kasus seperti itu jika memang ada," kata Nancy Segal, psikolog evolusioner dari California State University, penulis pertama studi tersebut, kepada PsyPost.
"Dan kami masih belum memahami semua mekanisme yang terlibat dari gen pada tingkat molekuler hingga perilaku yang kami amati setiap hari."