Masukkan ke Mulut Singa: Menyampaikan Keluhan di Venesia Era Renaisans

By Sysilia Tanhati, Minggu, 22 Mei 2022 | 13:00 WIB
Di masa Renaisans, Bocche di leone (mulut singa), tersebar di seluruh kota, dari Istana Doge hingga distrik Dorsoduro. (Wikipedia)

 Baca Juga: Paroldo, Desa Kecil yang Pernah Menjadi Tempat Tinggal Para Penyihir Baik

Sementara siapa pun dapat memasukkan catatan ke dalam kotak kapan saja, siang atau malam. Konon catatan yang ditandatangani lebih diutamakan. Masing-masing dibacakan dan ditangani oleh departemen terkait. Pengaduan yang ditandatangani dan didukung oleh saksi sering ditinjau oleh salah satu badan pemerintahan utama Venesia, Dewan Sepuluh.

Pengumpulan bukti yang signifikan dan penyelidikan diikuti, dan konsekuensinya bisa mengerikan. Konsekuensi bisa berlaku baik bagi tertuduh maupun penuduh, jika yang terakhir terbukti berbohong.

Kejahatan paling serius dihukum dengan penahanan di penjara kota yang terkenal kejam, pengasingan, atau bahkan kematian. Sistem ini memiliki kekurangan dan terkadang orang yang tidak bersalah pun mendapat hukuman.

Namun sepanjang abad ke-17, Venesia dikenal memiliki sistem hukum yang efektif, meskipun ketat. Sebagian karena kotak bocche che parlano (mulut yang berbicara).

Caterina Vianello, seorang dosen teater dan opera, percaya bahwa "keistimewaan Venesia adalah karena tidak ada raja, pangeran, diktator ... tidak ada konsentrasi kekuasaan."

Metode kotak pengaduan memungkinkan setiap orang untuk bersuara. Dan dengan berbagi kekuasaan, orang juga berbagi tanggung jawab.

“Semua warga terlibat untuk tujuan bersama, tidak seperti sekarang di mana fokusnya adalah pada individu,” kata Vianello.

Keheningan singa

Jatuhnya republik ini mengikuti serangkaian peristiwa yang didorong oleh politik yang dipicu oleh Perang Revolusi Prancis. Akhirnya, pada tahun 1797, Napoleon Bonaparte mengancam akan mendeklarasikan perang terhadap Venesia kecuali jika setuju untuk demokratisasi. Senat Venesia tidak punya pilihan selain turun tahta, dengan demikian mengakhiri 1.100 tahun republik yang tenang dan teratur.

Di bawah pemerintahan Napoleon, Prancis menduduki Venesia dan melanjutkan untuk menjarahnya, merusak bagian kota termasuk Venetian Arsenal. Banyak bocche di leone dihancurkan pada saat itu.

Beberapa dekade kemudian, Mark Twain menyoroti reputasi bocche di leone yang terkadang menakutkan. Menurutnya, kepala bisa dipenggal akibat tudingan dari catatan tanpa nama.

Terlepas dari pandangannya yang suram tentang bocche di leone, Twain benar-benar menghargai sisa-sisa masa lalu Venesia.

Di Venesia modern, ancaman tenggelam serta pandemi yang ‘mematikan’ bisnis, warga sedikit bernostalgia dengan bocche di leone.

Selain yang ada di Istana Doge dan gereja Santa Maria della Visitazione, Anda dapat menemukan bocche di leone di Museum Torcello dan gereja San Martino.

Penetapan Venesia sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1987 membantu meningkatkan kesadaran akan perlunya melestarikan arsitektur kota, termasuk bocche di leone.

Jika bisa ‘berbicara’ lagi, mereka akan meminta untuk diingat atas peran penting yang pernah dimainkan di masa lalu.