Sistem Among ala Taman Siswa Jadi Identitas Pendidikan Pribumi

By Galih Pranata, Selasa, 24 Mei 2022 | 08:42 WIB
Soewardi Soerjaningrat mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara yang dikenal sukses membangun sekolah Taman Siswa di Yogyakarta. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Taman Siswa merupakan organisasi pendidikan yang dibangun oleh pemikiran Ki Hajar Dewantara di masa-masa sulit. Pemerintah kolonial membatasi ruang gerak pribumi, utamanya dalam merengkuh pendidikan. 

Hak mengenyam pendidikan bagi pribumi dari kalangan non-bangsawan adalah yang disuarakan dan diperjuangan Ki Hajar Dewantara dalam hematnya.

Ki Hajar sering kali membuka buku-buku tulisan Montessori, Fröbel, Togore hingga Dalton. Barangkali, dari mereka, sedikit banyaknya memengaruhi cara berfikirnya dalam membangun Taman Siswa. Hal itu tertuang dalam sistem-sistem pendidikannya.

Terdapat banyak sistem yang diterapkan Ki Hajar Dewantara untuk membangun pendidikan yang layak dan mencerdaskan anak bangsanya. Salah satu sistem yang diperkenalkan dalam pendidikan di Taman Siswa adalah sistem among.

"Sistem among merupakan segenap komponen kegiatan meliputi filsafat, dasar, tujuan pendidikan, metode, suasana, guru dan murid," tulis Siti Fatimah.

Ia menulis dalam skripsinya kepada Universitas Sebelas Maret Surakarta berjudul Perjuangan Taman Siswa Yogyakarta Melawan Onderwijs-Ordonantie Tahun 1922-1933 yang terbit pada tahun 2013.

Sistem among juga dapat dikatakan sebagai manifesto bagi keberlangsungan pendidikannya. Sistem yang menuntun Taman Siswa menjadi warna bagi pendidikan di Hindia Belanda.

Sistem yang bersifat kekeluargaan dan menanamkan jiwa yang merdeka sebagaimana kodrat alam. Sistem inilah yang membawa para guru di Taman Siswa untuk siap sedia membangun anak-anak pribumi.

Guru menjadi "pemimpin yang berdiri di belakang tetapi memrngaruhi dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mewujudkan diri sendiri," tambahnya. Perilaku guru inilah yang kemudian jadi bagian dari semboyan yang sohor, Tut Wuri Handayani.

Secara aplikatif, sistem among memiliki empat komponen penting: penyaji (guru), cara menyajikan (metode), bahan pendidikan (materi), dan penerima (murid).Dalam sistem among, guru disebut juga dengan pamong.

Guru pamong memiliki sifat dan laku among. sifat dan laku among terdiri dari: "memperlakukan siswa sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya, menempatkan siswa sebagai subyek dan obyek dalam pendidikan, memperhatikan sikap kodrati sesuai dengan perkembangan jiwa raganya, menjadi teladan bagi penanaman nilai-nilai luhur Pancasila, bersikap Tut Wuri Handayani, serta melaksanakan pendidikan sebagai bagian dari pengabdian," jelasnya.

Ibu Soerjoadipoetro dalam penyelenggaraan pendidikan perempuan di sekolah Taman Siswa, Yogyakarta. (KITLV)