Catatan Prasasti Romawi Kuno Ungkap Suap dan Politik Korup Kaisar

By Sysilia Tanhati, Jumat, 27 Mei 2022 | 09:00 WIB
Prasasti batu itu adalah salinan surat yang dikirim dari Kaisar Septimus Severus (145 – 211 Masehi) dan kedua putranya kepada penduduk Nicopolis ad Istrum. (Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Pada 1920-an, para arkeolog menemukan prasasti batu Romawi setinggi 3 meter. Monumen ini berasal dari kota Romawi kuno Nicopolis ad Istrum, yang terletak 18 km barat laut Veliko Tarnovo di Bulgaria utara.

Prasasti itu pecah menjadi empat bagian. Tulisan dalam prasasti itu mengungkapkan fakta tentang politik korup, suap yang dibayarkan pada kaisar, dan kebohongan politik. Berkat penemuan prasasti ini, peneliti dapat memahami sejarah Romawi pada periode penting sebelum krisis abad ke-3 Masehi.

Pesan penting yang ditorehkan pada batu

Tim peneliti Bulgaria, termasuk ahli epigrafi Nikolay Sharankov, mulai memeriksa ukiran tersebut. “Mereka memasang kembali prasasti dan menguraikan teksnya,” ungkap Ed Whilan dilansir dari laman Ancient Origins.

Prasasti batu itu adalah salinan surat yang dikirim dari Kaisar Septimus Severus (145 – 211 Masehi) dan kedua putranya kepada penduduk Nicopolis ad Istrum. Surat dari penguasa Romawi seperti itu dianggap sebagai sesuatu yang sangat bergengsi. Dan ini dirayakan oleh warganya.

Dalam prasasti Romawi kaisar menyatakan terima kasih kepada warga dan orang-orang kota atas dukungan keuangan mereka. Kota telah membayarnya sumbangan, namun pada kenyataannya ini adalah suap. Sharankov menuturkan bahwa kaisar memperlakukan suap sebagai hadiah dari rakyat.

Surat dari penguasa Romawi seperti itu dianggap sebagai sesuatu yang sangat bergengsi. (Veliko Tarnovo/Regional Museum of History)

Arkeolog di Bulgaria melaporkan bahwa teks tersebut menghindari gaya pembayaran sebagai suap. Suap dibayarkan kepada Septimius setelah ia menjadi kaisar sekitar tahun 193 Masehi. Lahir Afrika Utara, ia menang atas para pesaingnya dan menjadi penguasa tunggal Kekaisaran Romawi.

Menyogok kaisar untuk berbohong

Menurut Sharankov, suap yang dimaksud adalah 'sumbangan' 700.000 dinar, jumlah ini setara dengan beberapa juta dollar atau euro, tambahnya.

Dalam prasasti tersebut, kaisar menyatakan ”Saya menerima uang yang diberikan oleh orang-orang yang bermaksud baik ini.”

Orang-orang Nicopolis ad Istrum bermasalah dengan Septimius. Sebagai kaisar, ia tidak ragu-ragu untuk menghancurkan orang-orang yang menentang atau bermasalah dengannya.

Penduduk Nicopolis ad Istrum mendukung salah satu saingan Septimius yang dibunuh oleh Praetorian Guard pada tahun 193 Masehi. Sumbangan atau suap adalah cara bagi warga kota untuk hidup dengan tenang.

Prasasti Romawi yang ditulis dalam bahasa Yunani itu bukan hanya ucapan terima kasih atas suap. Ini juga menyingkapkan apa yang disebut para ahli sebagai ‘kebohongan politik’. Dalam prasasti tersebut, Septimius Severus menampilkan dirinya sebagai pewaris agung filsuf-kaisar Marcus Aurelius. Ini adalah propaganda murni karena Severus sama sekali tidak terhubung dengan Marcus atau dinastinya.

Memang, Septimius adalah seorang perampas kekuasaan dan ia mendirikan dinastinya sendiri, Dinasti Severan. Dinastinya berlangsung dari tahun 193-235 Masehi. Sharankov mengatakan, "dengan surat ini, kaisar berusaha untuk melegitimasi dirinya di hadapan rakyat."

Kebangkitan dan kejatuhan Nicopolis ad Istrum

Prasasti kekaisaran Romawi memberikan wawasan luar biasa kepada para peneliti tentang sejarah Nicopolis ad Istrum. Dipercaya bahwa kota ini dibangun oleh kaisar Trajan setelah kemenangannya dalam Perang Dacia.

  

Baca Juga: Abaikan Kebijakan, Tentara Romawi Gagal Jaga Perbatasan dari Suku Goth

Baca Juga: Pelengkung Konstantinus, Pengingat akan Kemenangan yang 'Memalukan'

Baca Juga: Potongan Tangan yang Mengerikan Dekat Benteng Hadrian di Romawi

Baca Juga: Nestapa Hewan-Hewan Buas Jadi Komoditas Tontonan Publik Romawi

   

Orang Dacia adalah orang Thracia dan, setelah kekalahan mereka, Trajan menganeksasi sebagian besar kerajaan mereka. Nicopolis adalah pusat militer utama dan melindungi Kekaisaran Romawi dari suku-suku yang tinggal di seberang Sungai Danube. Suap tampaknya berhasil dan kota menjadi makmur pada masa pemerintahan Septimius.

Namun, untuk alasan yang tidak diketahui, Nicopolis ad Istrum tidak disukai pada masa pemerintahan Caracalla (188-217 Masehi), pewaris Septimius dan salah satu kaisar Romawi yang paling bejat dan brutal. Caracalla menghapus status civitas stipendaria yang mengakibatkan penurunan Nicopolis. Setelah kaisar dibunuh, kota itu mendapatkan kembali dukungan kekaisaran dengan menyelenggarakan permainan untuk menghormati penguasa baru.

Kota itu akhirnya ditinggalkan dan baru pada abad ke-19 para arkeolog mulai menyelidikinya. “Prasasti berisi satu-satunya teks otentik dari sebuah surat kaisar Romawi dan masih terpelihara dengan baik,” ungkap Sharankov. Prasasti ini didirikan kembali di reruntuhan Nicopolis dan sekarang dapat dikunjungi oleh anggota masyarakat.