Misteri Banyak Perokok Tidak Menderita Kanker Paru-Paru Terpecahkan

By Ricky Jenihansen, Jumat, 27 Mei 2022 | 15:00 WIB
Banyak perokok tidak menderita kanker paru-paru. (Pixabay)

Ilustrasi diagnosa kanker paru-paru (Thinkstock)

"Data kami menunjukkan bahwa orang-orang ini mungkin bertahan begitu lama meskipun mereka perokok berat karena mereka berhasil menekan akumulasi mutasi lebih lanjut. Penurunan mutasi ini dapat berasal dari orang-orang ini yang memiliki sistem yang sangat mahir untuk memperbaiki kerusakan DNA atau mendetoksifikasi asap rokok."

Temuan ini dapat membantu menjelaskan mengapa 80 hingga 90 persen perokok seumur hidup tidak pernah mengembangkan kanker paru-paru. Ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa orang yang tidak pernah merokok sama sekali tetap mengembangkan kanker.

Meski asap tembakau beracun, tampaknya untuk memicu mutasi sel ekstra di paru-paru, apakah mutasi ini berkembang menjadi kanker tergantung pada seberapa baik tubuh dapat memperbaiki DNA atau mengurangi kerusakan DNA.

  

Baca Juga: Kebiasaan Merokok Sultan Agung dan Erotisme Roro Mendut Menjual Rokok

Baca Juga: Sebelum Digemari Pria, Sejarah Industri Rokok Menargetkan Para Wanita

Baca Juga: Wanita Merokok Lebih Sedikit, Tapi Lebih Kecil Kemungkinan Berhenti

Baca Juga: Bangun Kesadaran untuk Tangani Sampah Puntung Rokok, Dimulai Dari Mana?

    

Gen yang berkaitan dengan perbaikan DNA dapat diwariskan atau diperoleh. Pembungkaman gen perbaikan telah dikaitkan dengan perkembangan kanker dalam penelitian sebelumnya.

Gen bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi risiko kanker seseorang. Faktor lingkungan seperti diet juga dapat mempengaruhi nutrisi dalam tubuh yang berdampak pada perkembangan kanker.

Mengenai apa yang membuat tubuh seseorang lebih baik dalam memperbaiki DNA masih diperdebatkan dan kemungkinannya rumit. Akan tetapi, temuan baru menunjukkan proses ini terkait erat dengan perkembangan kanker paru-paru.

"Kami sekarang ingin mengembangkan tes baru yang dapat mengukur kapasitas seseorang untuk perbaikan DNA atau detoksifikasi, yang dapat menawarkan cara baru untuk menilai risiko seseorang terkena kanker paru-paru," kata ahli genetika Jan Vijg.