Indonesia Tercatat Tertinggi Spesies Hewan yang Hilang: Punahkah?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 30 Mei 2022 | 16:00 WIB
Seekor badak Sumatera jantan muda bernama Kertam. Ada lebih dari 500 spesies invertebrata darat yang hilang selama 50 tahun terakhir. Apakah mereka punah? (Scuba Zoo/Handout via REUTERS)

Nationalgeographic.co.id - Sebuah studi lintas negara melakukan evaluasi global pada semua spesies vertebrata darat. Para peneliti meninjau semua informasi tentang 32.802 spesies dari International Union for Conservation of Nature Red List of Threatened Species (IUCN Red List). 

Mereka mengidentifikasi ada 562 spesies yang belum pernah dinyatakan punah oleh IUCN. Masalahnya, spesies-spesies ini tidak pernah terlihat selama 50 tahun terakhir.

Kini, para peneliti lewat studi ini mengidentifikasi mereka yang kini dianggap 'hilang' ini. Penelitian itu diterbitkan di jurnal Animal Conservation pada 16 Mei 2022 berjudul 'Lost' taxa and their conservation implications.

Arne Mooers, rekan penulis studi mengatakan, kemungkinan besar bahwa beberapa spesies sebenarnya dapat ditemukan, tetapi berada di habitat yang sulit dijangkau atau tidak ramah. Di sisi lain, bisa jadi ada spesies yang telah punah untuk selamanya. 

"Kami benar-benar menemukan ada lebih dari 500 hewan yang hidup di darat yang belum pernah terlihat selama lebih dari 50 tahun," kata Mooers dikutip dari CP24. Dia adalah profesor keanekaragaman hayati di Simon Fraser University.

"Itu hampir dua kali lebih banyak dari yang dinyatakan punah sejak 1500 Masehi. Ada banyak spesies di luar sana yang kita tidak tahu apakah mereka masih ada atau tidak," lanjutnya. Dengan temuan ini, para peneliti mencatat, keberadaan banyak spesies dengan status konservasi yang tidak pasti dapat menjadi semakin bermasalah karena krisis kepunahan memburuk dan lebih banyak spesies hilang.

Ada 80 persen lebih banyak spesies yang dianggap hilang daripada dinyatakan punah. Sebagai tambahan, sejak 1500, hanya ada 311 spesies vertebrata darat yang dinyatakan punah, tulis para peneliti.

Sebagian besar hewan yang hilang ini terakhir terlihat di negara-negara yang keberagaman hayati seperti Indonesia dengan 69 spesies, Meksiko 33 spesies, dan Brasil 29 spesies. Reptil adalah yang paling banyak dinyatakan hilang dengan 257 spesies, diikuti amfibi dengan 137 spesies, 130 spesies mamalia, dan 38 spesies burung.

Sebelumnya, National Geographic Indonesia melaporkan bahwa Indonesia saat ini mengalami kepunahan burung tertinggi di dunia sebanyak 12 persen. Biodiversity Officer Burung Indonesia memiliki data yang dihimpun pada 2022 bahwa ada 122 spesies burung yang masuk dalam kategori terancam punah.

Salah satu penyebab Indonesia mengalami kepunahan berbagai spesies adalah perdagangan satwa liar bernilai jutaan dolar. Vincent Nijman, profesor antropologi di Oxford Brookes University di Inggris, mempublikasikan temuan perdagangan satwa sering kali tidak dilakukan secara berkelanjutan untuk perlindungan.

Baca Juga: Kisah Nahas Pertarungan Dua Cheetah Amerika yang Kini Telah Punah

Baca Juga: Peluang Bumi: Kita Masih Bisa Kurangi Kepunahan Massal Kehidupan Laut

Baca Juga: Hilang Selama 40 Tahun, Bunga Liar 'Extinctus' Ditemukan Kembali

Baca Juga: Bagaimana Kecoak Bertahan Hidup dari Asteroid Pembunuh Dinosaurus?

Temuan itu dipublikasikan di jurnal Nature Conservation pada 11 Mei 2022 bertajuk Harvest quotas, free markets and the sustainable trade in pythons.

Ia mengungkapkan bahwa perdagangan secara legal pun juga mengancam spesies seperti ular sanca ke jurang kepunahan. Reptil ini kebanyakan diperdagangkan untuk kulitnya sebagai produk atau menjadi peliharaan.

"Suatu spesies dapat diperdagangkan secara legal hingga punah, atau dapat diperdagangkan secara ilegal dalam jumlah yang cukup kecil agar dapat berkelanjutan," jelasnya di Science Daily.

Sampai saat ini, ular sanca darah tidak termasuk dalam daftar spesies yang dilindungi di Indonesia, tetapi pemanennya dan perdagangannya untuk impor dan di dalam negeri, diatur lewat kuota.

Tom Martin, penulis utama studi jurnal Animal Conservation dari Paignton Zoo di Inggris mengatakan, lokasi di negara-negara yang kaya keanekaragaman hayati ini tidak mengejutkan terkait jadi kawasan terakhir hewan-hewan itu.

"Fakta bahwa sebagian besar spesies yang hilang ini ditemukan di negara-negara tropis megadiverse mengkhawatirkan, mengingat negara-negara tersebut diperkirakan akan mengalami jumlah kepunahan tertinggi dalam beberapa dekade mendatang," ujarnya di Science Daily.

Dari keseluruhan, 75 di antaranya bisa diklasifikasikan sebagai 'mungkin punah'. IUCN mendefinisikan kepunahan sebagai "ketika tidak ada keraguan yang jelas bahwa individu terakhir dari suatu spesies telah mati," yang telah menjadi tantangan untuk diverifikasi.

"Kepunahan berarti Anda kehilangan individu terakhir. Ketika sesuatu mendekati kepunahan, itu menjadi kian langka dan semakin langka sampai ada sangat sedikit yang tersisa tentu saja, sampai ke satu dan kemudian nol," terang Mooers.

"Jika suatu spesies terancam punah dan hidup di habitat yang sulit diakses, atau besar seperti tundra dengan tidak banyak orang, atau jauh di daerah tropis atau pulau-pulau tropis, orang mungkin tidak sering mencari spesies seperti itu, sehingga sangat jarang terlihat. Dan bisa jadi punah, bisa jadi tidak."