Memasuki tahun 1942, saat Jepang mulai menduduki Kota Solo, sarana olahraga semakin ditingkatkan. Hal ini bertalian erat dengan motif Jepang untuk melatih kemampuan militer rakyat Solo.
Seperti halnya penambahan lapangan di Gilingan dan Prawit yang dibuat untuk menampung besarnya antusias masyarakat terhadap sepak bola. Di tahun-tahun berikutnya, banyak lapangan terus dibuat oleh Mangkunegara VII.
Perluasan fasilitas lapangan sepak bola menjadi empat lapangan besar yang dibuat Mangkunegara VII, meliputi lapangan Ngentak-Wetan, Gilingan, Prawit, dan Pamedan.
Para praja Mangkunegaran akhirnya bisa terlibat juga dalam aktifitas olahraga yang diciptakan Mangkunegara VII. Tidak sedikit dari mereka juga menjadi pemain sepak bola profesional dibuatnya.